Langsung ke konten utama

HAPPINESS

Tak ada yang berubah. Aku masih tetap mencari apa yang kamu namakan kebahagiaan itu. Definisinya masih terasa kabur walaupun terkadang masih meraba-raba (baca:rasa-rasanya) inilah yang disebut kebahagiaan itu. Entahlah..

Dini hari kemarin. Saat jam dinding kamarku berdenting dua kali. Aku terbangun dalam kepanikan. Aku bermimpi bertengkar dengan teman SMA-ku. Aku marah padanya. Setelah menikah ia tak pernah liqo.

Ia kutegur dengan keras. Kukatakan:"Kita ini sudah terlalu banyak "makan" dari partai, harusnya kita ini tahu diri. Masa untuk liqo aj susahnya minta ampun." Agak nyinyir aku mendengar teguranku. Aku sendiri sudah lama tak pernah liqo. Ya itulah mimpiku dini hari kemarin.

Oh, iya. Kepanikannya. Sekawanan singa mengejar-ngejarku. Tentu saja singa itu bukan kamu yang aku maksudkan.

Aku pun terbangun panik dan hilang sudah kantukku. Aku berpijak kembali ke duniaku yang meresahkan. Entahlah.. Dini hari kemarin aku tak kuasa menahan keresahan jiwaku.

Terpikir untuk merehatkan sejenak jiwa lelahku dan mengisi energi penghambaanku yang perlahan pergi.

Ba'da wudhu, kulangkahkan kakiku menuju mesjid lodan. Agak kaget saat kulihat seorang kakek renta sejurusan denganku menuju mesid.

Ia berjalan tertatih-tatih berusaha berdamai dengan keringkihan tubuhnya. Bergegas aku menghampirinya. Kuucapkan salam dan langsung kupapah dirinya. Ia hanya tersenyum. Senyuman yang sangat berkesan sekali. Nampak ikhlas dan puas sekali.

Ba'da sholat dan dzikir, ia nampak bersantai dengan menyandarkan tubuhnya. Aku pun mendekatinya. Dan langsung bertanya,"Kek, apakah kebahagiaan itu? Aku ingin mengenalnya."

Ia nampak kaget dan terbengong mendengar pertanyaanku, "Kebahagiaan? Apakah kebahagiaan itu?" Ia balik bertanya kepadaku.

"Justru karena aku belum mengenalnya, aku pun bertanya padamu, kek." Jawabku.

Ia pun menarik nafasnya yang berat. Dan berkata, "Kebahagiaan. Semua orang merinduimu. Ingin mengenalmu. Namun, tidak semua orang mengenalmu. Mungkin termasuk diriku." Sejenak terdiam.


"Nak, jika yang kamu maksudkan adalah aku bisa melihat anak-anakku tumbuh besar dan sukses dalam pekerjaannya. Mungkin itulah yang dimaksud dengan kebahagiaan itu."

"Nak, jika yang kamu maksudkan adalah aku bisa beribadah di mesjid ini dengan tenang dan damai. Mungkin itulah yang kamu tanyakan tentang kebahagiaan itu."

Aku terdiam mendengar jawaban sang kakek. Dalam namun simpel. Aku sangat terkesan.

Kutarik nafasku sedalam-dalamnya nafas. Aku pun beranjak kembali ke tempat dudukku semula. Dan..

"Sebentar, nak. Terakhir dariku. Aku ingin menyimpulkan. Mungkin, kebahagiaan itu adalah kebersyukuran jiwamu atas nikmat Tuhan."

Eureka!!! Ya.. Kesimpulan yang sangat indah. Perlahan namun pasti tabir resah jiwaku perlahan pergi. "Wahai kebahagaiaan, I'm coming..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.