Setelah bertahun-tahun aku membenci diriku dan menutup pintu maaf untukku, akhirnya perlahan namun pasti aku mencoba memaafkan kesalahan-kesalahan dan harapan-harapan diriku yang terlarai.
Aku kembali memunguti puing-puing berserakan itu. Mencoba focus dengan masa depanku. Aku tahu kesalahanku terlalu besar di mataku, tapi aku pun mencoba menyadari betapa tak mudahnya hidup di tengah gelombang tsunami kehidupan. Arusnya melemparkanku dan menenggelamkanku begitu dalam. Mungkin saja, jika Alloh tidak menarik tanganku ke atas, binasalah diriku.
Kesempurnaan seorang ikhwan sejati yang kuharapkan menyatu dengan diriku memang hanyalah harapan kosong belaka. Setelah noda-noda hitam itu datang, aku benar-benar kecewa. Sungguh, tak terpira betapa kecewanya diriku. Harapan itu pergi. Aku tak sempurna seperti yang kuharapkan. Aku kalah.
Itulah kekecewaan yang kurasakan selama bertahun-tahun. Kurun waktu tahun 2007-2013.. Lama sekali.
Kini, aku mencoba berjalan walaupun aku tahu jalanku tertatih-tatih. Tak apalah. Aku mulai focus dengan tujuanku. Aku sudah membayangkan akhir tujuanku jika aku focus dengan kekinianku. Nampak kegemilangan masa depan terbayang jelas dalam anganku. Di depanku berdiri laki-laki hebat itu. Itu aku.
Akan ada masa yang panjang. Aku tahu. Aku tahu. Mungkin itulah hakikat hidup sebenarnya. Hidup adalah proses menjadi. Begitulah sejatinya.

Komentar