Langsung ke konten utama

ADIL (Pilpres 2014)

ADIL (Pilpres 2014)

Apapun yang dilakukan Prabowo tak ada kebaikan yang tersisa. Begitulah bagi para pembenci Prabowo. Dan begitu pula yang dilakukan Jokowi tak terlihat sedikitpun kebaikan di mata para pembenci Jokowi.

Mungkin seperti itulah gambaran nyata diri kita sekarang ini. Socmed tak henti-hentinya menampilkan saling caci dan maki jagoannya. Padahal pilpres sudah lewat dan akan kembali lagi tahun 2019.

Begitulah kita, saking bencinya kita kepada seseorang kita terlupa bahwa mereka pun manusia seperti halnya kita yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, bagi para pembencinya seolah tak terlihat kebaikan dan kelebihan mereka.

Dan sebaliknya saking cintanya kita kepada mereka, kita menganggap mereka bak manusia suci nan sempurna. Kita memang tidak mengatakan seperti itu tetapi sikap kita terpampang jelas memalaikatkan mereka.

Seperti kata pepatah, "Cintailah orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, karena boleh jadi suatu saat nanti akan menjadi orang yang engkau benci. Bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, karena boleh jadi suatu saat nanti akan menjadi orang yang engkau Cintai."

Tentu saja sikap kita sangat tidak bijak dan tidak adil sekali. Kita harus adil dalam melihat apapun termasuk dalam menilai orang lain. Jika memang ada kebaikan pada mereka tak usah malu mengakuinya pasti ada kebaikan sekecil apapun itu.

Sebuah firman Alloh semoga menjadi nasihat yang indah bagi kita dalam keramaian socmed ini.

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)

Semoga Alloh menjadikan kita orang-orang yang adil. Aamiin.

Wallohua'lam.. Semoga bermanfaat..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.