Langsung ke konten utama

Postingan

Hidup Memang Naif, Ya...

Dalam medan perang, segala kemungkinan bisa terjadi, termasuk tindakan pembunuhan yang sadis dan kejam. Begitulah realitas perang. Kekejaman yang luar biasa mengerikan tampaknya dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dalam situasi tersebut. Bahkan, mungkin kita pun bisa terjerumus ke dalam tindakan keji akibat tekanan psikologis yang tak terkendali. Dalam keadaan dibunuh atau membunuh, apalagi jika orang tua kita, saudara-saudara kita, istri, atau anak-anak kita dibunuh secara kejam dan sadis, segalanya bisa berubah menjadi gambaran nyata yang mengerikan di medan perang. Kita di Indonesia, beruntungnya, tidak pernah benar-benar merasakan situasi perang dengan kekejaman dan beban psikologis yang luar biasa dahsyat seperti itu. Hanya para pejuang kemerdekaan yang mungkin masih mengingat betapa mencekamnya pengalaman berperang. Oleh karena itu, aku tidak akan pernah mencoba membawa konflik Suriah, Irak, atau keberadaan ISIS ke dalam perspektifku sebagai warga Indonesia yang hidup dalam keda...
Postingan terbaru

BISMILLAHKU MEMBANGUN CINTA

Pelabuhan cinta memang selalu misteri. Aku tak pernah menduga ataupun tahu akan menikah dengan siapa. Karenanya, ketika murabbi mengirimiku sebuah email yang berisi biodata ta'aruf seorang akhwat, aku menerimanya dengan bismillah. "Semoga Allah memudahkanku dalam menyempurnakan dien ini..." Itulah sepenggal doaku di sepertiga malam saat menerima email Sang Murabbi. Tak cukup waktu lama setelah aku mengirimkan balik biodata ta'arufku. Murabbiku menghubungiku untuk ta'aruf dan nadhor dengan Sang Akhwat. Aku pun menyanggupinya tanpa protes walaupun jarak yang kutempuh cukup jauh dari rumahku. Bismillah... Dengan didampingi murabbi, aku dan dia saling memperkenalkan diri. Sejujurnya tak ada rasa istimewa yang kurasakan saat bertemu dan melihat Sang Akhwat. Tak ada basa-basi rasa cinta. Tak ada sama sekali kurasakan. Biasa-biasa saja. Namun, semuanya kujalani saja dengan bismillah. "Ya Allah, Engkau Maha Tahu jika aku ingin memperbaiki diriku. Dan Engkau sedang me...

Menenun Jiwa

Aku ingin menangis sejadi-jadinya. Begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepadaku. Entah itu kelancaran rezeki melalui usaha klinik istriku ataupun keselamatan dan kesehatan ragaku. Namun, amalku masih segitu-gitu saja. Jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku merindukan sosok laki-laki yang berkarakter sholih. Betapa seringnya aku bermalas-malasan dalam beribadah. Berat kaki tuk melangkah. Kadang ketika kupaksakan, aku merasa seperti mayat hidup tanpa jiwa. Terkadang, aku harus menggedor-gedor pintu hatiku agar aku sadar dan fokus. Namun, seolah ada tembok tebal yang menghalangi diriku dari kesadaran penuh. Aku terperangkap dalam lingkaran kebiasaan buruk yang tak kunjung bisa kubebaskan diri darinya. Malam itu, aku duduk di sudut kamar, merenung tentang hidupku. Istriku, yang selalu sabar dan penuh kasih, sedang tertidur lelap di sampingku. Aku memandang wajahnya yang damai, dan tiba-tiba rasa bersalah menyergapku. Mengapa aku tak bisa menjadi suami yang lebih baik untuknya? Mengapa...

Kakak Mau Rumah Warna Pink

"Kakak mau rumah warna pink." Itulah ucapan anak pertamaku Kakak Ayya (Salsabila Aaliyah Gumilar). Usianya dua bulan lagi 4 tahun. Aku pun mulai mengobrol ala serius dengannya. "Maafin abi ya sayang ya. InsyaAllah nanti kita punya rumah." Air mataku tak terasa menetes deras. Selama ini aku merasa hidupku memang hanya untuk anak-anakku. Karenanya terasa sedih saat aku belum bisa mewujudkan keinginannya. Memang selama ini Dia menganggap rumah kontrakan ini rumah kami sekeluarga. Mungkin karena masih polos laiknya pikiran anak-anak.  "Nanti kita pindah rumah ya sayang ya." Kataku. "Lho, memang kenapa pindah, Bi?" Tanyanya. "Soalnya ini bukan rumah kita. Kita kan ngontrak. Ini kan rumah pak RT. Nanti kita beli rumah ya sayangku. Abi janji." Kucium ubunnnya. "Kakak mau rumah warna pink...." Aku sendiri dan istriku fokus mengumpulkan modal untuk memulai bisnis klinik dokter hewan. Dan rencananya setelah bisnisnya maju dan menguntung...

Operasi Caesar Istriku

Detik terasa begitu lambat. Sangat lambat. Aku sedang menunggu di dekat pintu keluar Ruang Operasi. Sendiri berikut tas besar perlengkapan persalinan. Dagdigdug tak karuan. Ya Alloh mudahkanlah persalinan istriku dan mudahkanlah anak keduaku hadir di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin. Rabu, 13 Maret 2019 RS. UMMI Bogor, jam 07.31