Langsung ke konten utama

Rahib Malam

Aku hanya ingin diam yang menemaniku dalam semilir senja ini. Mendekapku dalam dekapan sunyi yang selama ini selalu kurindukan. Mengheningkan cipta dalam balutan rasa. Tak ada engkau dalam kisi-kisi akalku. Hanya diam. Hanya hening.

Aku ingin menikmati sunyi yang dalam walaupun kutahu sunyiku tak seberapa dibandingkan kesunyianku dalam alam kubur sana. Aku benar-benar merindukan kesunyian ini.

Aku berharap kesepian mendekapku semalam sahaja. Walaupun kutahu kesepianku tak seberapa dibandingkan kesepianku nanti di alam barzah sana. Aku akan membalas pelukan kesepian ini sepenuh jiwa.

Tidak. Aku bukan merindukan sang hawa dalam hidupku. Aku hanya merindukan apa yang disebut kelezatan iman. Aku ingin merasakan kelezatannya seperti dulu saat aku masih remaja polos dalam balutan militansi.

Aku merindukan rintihan kepedihan jiwa di sepertiga malamku. Aku merindukan bait-bait taubat dalam tabir mimbar jum'at tempat sembunyiku. Aku merindukan ratap tangisku dalam kegelapan kamarku.

Aku tak pernah menemukan itu kembali dalam kekinianku. Telingaku terlalu sibuk dengan bising. Mataku terlalu lemah dengan gemerlap dunia. Hatiku terlalu lalai dengan maksiatku.

Jika saja kerahiban itu diperbolehkan dalam Islam. Mungkin sedari dulu kulangkahkan kakiku menuju taman impian. Gua-gua dan hutan-hutan nan sepi bagi para pertapa yang merindukan hening. Membatu bersama sang alam dan embun yang menetes dalam fajar.

Aku lelah. Lelah hidup bersama Sang Bising. Aku ingin diam seribu bahasa. Tanpa gangguan sedikit pun.

Tidak. Aku tidak merindukan kematian. Aku terlalu takut akan azab Tuhan atas ruahnya dosaku. Walaupun kutahu hidup di dunia seperti menabuh genderang selamat datang untuk dosa-dosa selanjutnya.

Biarlah. Toh Tuhan tahu jika aku ingin kembali dalam keadaan siap. Siap menjawab semua pertanyaan-pertanyaan-Nya. Kini, kembali kupungut remah demi remah militansi yang pernah kurasa. Aku tahu masa lalu tak akan pernah kembali. Romantisme masa lalu hanya sekedar angin lalu.

Biarlah. Hidup harus terus berjalan walaupun bibir jurang di kanan-kiriku. Pintu Alloh selalu terbuka bagi hamba-Nya yang ingin kembali. Pintu Alloh selalu terbuka bagi hamba-Nya yang ingin merasakan kelezatan iman.

Surah Aal-e-Imran, Verse 191:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Surah Aal-e-Imran, Verse 192:

رَبَّنَا إِنَّكَ مَن تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun."

Surah Aal-e-Imran, Verse 193:

رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti."

Surah Aal-e-Imran, Verse 194:

رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ

"Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji"."

Wallohu'alam...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.