Langsung ke konten utama

Perjalanan Hidup

Kita tidak pernah tahu seberapa panjang perjalanan hidup seseorang saat pertama kali berjumpa dengannya. Bahkan orang yang kita kenal di sekolah, kantor, tetangga, boleh jadi kita juga tidak tahu seberapa panjang perjalanan hidupnya. Seberapa dalam luka yang pernah dia terima--kemudian sembuh. Seberapa keras hidup ini menyakitinya--kemudian dia mampu melewatinya.

Perpisahan. Pertengkaran. Kegagalan. Hilangnya cita-cita. Entah apalagi yang pernah dilaluinya dengan merangkak. Itu adalah bagian yang tersembunyi, tidak nampak dari luar.
Tetapi kita selalu bisa merasakan perjalanan hidup tersebut membentuk seseorang.

Orang-orang yang sungguh bijak, menyenangkan bicara dengannya, boleh jadi dia telah melewati begitu banyak kehidupan yang menyakitkan. Orang-orang yang wajahnya damai, tersenyum lembut, sangat menenteramkan menatapnya, boleh jadi adalah produk dari proses panjang penuh liku. Pun orang2 dengan mata yang demikian teduh, seperti menatap lautan luas--boleh jadi adalah orang yang pernah melewati badai kehidupan besar, dan dia tidak tenggelam, justeru tumbuh dengan dalamnya penerimaan dan ketulusan.

Jika kita bersedia memperhatikan, banyak sekali orang2 ini di sekitar kita. Tinggal apakah kita mau menyisihkan waktu memperhatikannya. Orang tua di sekitar kita, guru-guru kita, tetangga kita, bahkan orang2 yang kita lewati saat menuju sekolah, kantor, mereka ada di sekitar kita, orang2 dengan perjalanan hidup yang panjang--sesederhana apapun kehidupannya. Pun tambahkan, besok lusa, giliran kitalah yang menjadi bagian dari orang2 tersebut.

Apakah kita akan tumbuh dengan wajah yang menyenangkan? Senyum yang damai? Bola mata yang menatap teduh? Kalimat2 yang menginspirasi? Aktivitas yang penuh manfaat? Sungguh beruntung jika kita tumbuh dengan itu semua. Atau sebaliknya, wajah kita tidak enak dilihat, mulut kita tetap menyakitkan setiap bicara, senyum kita kecut, apalagi bola mata, menatap sinis dan membawa aura kebencian, tetap rakus akan dunia, tetap sibuk pamer dsbgnya. Bayangkan saat usia kita 50-60 tahun kelak, kita akan menjadi yg mana? 

Terkadang, kita tidak perlu sibuk mencari “guru kehidupan” dalam hidup ini. Boleh jadi, kita sendirilah “guru kehidupan” tersebut, sepanjang bersedia terus memperbaiki diri. Apapun yang tidak bisa menumbangkan kita dalam hidup ini, jadikanlah sebagai pupuk kehidupan. Lihatlah batu berharga, permukaannya diasah dengan benda keras (gerinda), sepanjang dia tidak pecah, maka besok lusa, dia akan menjadi kemilau indah. Mulailah menyadari perjalanan hidup kita sejak muda, semoga itu membuat kita selalu mawas diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.