Tumbuh sejumput sesal yang mengharu biru sanubariku. Tak terasa air mata membasahi paras tirusku. Aku menyesalinya. Namun, takdir tak memungkinkanku untuk kembali. Iya, aku tak pernah bisa kembali mewaktu bersamanya.
Ia akan menikah besok dan aku hanya bisa tersenyum getir menerima kabar "bahagia" darinya. Lintasan kenangan tak terhindarkan lagi memenuhi kepalaku. Laksana tersetrum aliran listrik nan dahsyat. Aku berusaha menghubunginya kembali,
"Kamu serius untuk menikah dengan laki-laki lain selain diriku?" Tanyaki penuh syahdu. Terdengar helaan nafasnya yang berat.
"Hampir dua tahun aku menunggumu. Selama itulah aku berharap engkau berani datang menghadap orang tuaku. Tapi, kenyataannya kamu tak pernah datang. Harus sampai kapan aku menunggumu?" Terdengar isak tangis di seberang sana.
Aku terdiam penuh sesal. Semua ini salahku. Kini penyesalan ini kutanggung. Seolah mimpi, semua kisah perjalanan hidupku bersamanya tersibak dalam layar lebar. Terpampang semua kebaikan dan perhatiannya kepadaku. Aku bak seorang laki-laki buta yang tak bisa melihat semua kelebihannya.
Kini semuanya terlambat saat aku ingin awali hidup bersamanya.
--***--
Medio Juni
Bak sebuah melodrama yang romantis kisah ini. Romansa yang mengharu biru. Aku mengenalnya di sebuah taman kampus dan seketika aku langsung terpesona.
(to be continued.. Banyak ebook yg blm dibaca.. Belajar cuy!)
Komentar