"Ana harap antum simpan dan jaga biodata ini. Jangan diobral dengan teman-teman antum yang lain. Kecuali dengan orang tua dan keluarga antum yang lain. Anggap laksana aib bila yang tidak punya hak membaca biodata ini." Epilog ustadz Hasan laksana pisau ukir yang sedang mengukir diriku. Ada sejuta rasa yang meresap dalam-dalam ke dalam jiwaku. Rasa yang sulit kulukiskan.
Kutatap biodata beramplop putih itu. Belum berani menyentuh sedikit pun. Mimpikah ini? Aku merasa belum waktunya, tapi hukum alam berlaku, usiaku terus bertambah. Rasanya seperti baru kemarin SMA. Apa mau dikata. Aku tersenyum malu.
"Iya. ustadz. Insya Allah ana akan jaga amanat antum." Sejenak aku terdiam, masih sedikit terbius kelengangan antara mimpi dan kenyataan. Lalu kuambil amplop putih di depanku itu. Sentuhan pertama terasa dingin. Entahlah mungkin aku sendiri yang terlalu lebay. Kumasukan ke dalam tas kecilku. Kutarik nafas dalam-dalam. Hening.
"Kalau gitu ana pamit dulu, ustadz." Aku grogi, sangat grogi. Mungkin karena kekalutan pikiranku, bukan kalut dalam arti negatif tapi kebingungan karena peristiwa ini adalah my first experience. Kulihat ustadz Hasan hanya tersenyum simpul, nampaknya tahu kegrogian yang kurasakan.
Langkahku terasa berat, sepeda motorku pun kempes nampaknya. Bagaimana tidak berat, di tas kecilku ini aku membawa seorang perempuan, plus keluarganya juga, dari orang tua sang perempuan sampe kakek dan neneknya.
Aku merasa ada sesuatu yang berubah dari diriku. Ada sesuatu yang meresap tanpa aku sadari. Kedewasaan. Entahlah, apakah ini perasaanku saja atau sugesti belaka atau faktanya aku memang sudah dewasa secara pemikiran. Iya, aku merasa sangat dewasa dengan dititipkan sebuah kisah seorang gadis. Dan aku juga merasa resapan ihsan atau merasa diperhatikan dan dilihat Allah semakin kuat. Kedekatan relijiusku menguat dan bertambah dengan peristiwa my first experience ini.
Tepat jam 24.00 malam aku tiba di rumah. Halaqoh pengajian kami memang biasanya malam. Kubuka pintu rumahku, tentu saja dengan sejuta rasa yang menari-nari dalam diriku. Aku merasa seperti sedang memasuki rumah berhantu. Lengang. Kembali lebay, lebaynya diriku. Mungkin saking terbawa perasaan jadi sedikit over.
Ada sedikit rasa kurang sabar untuk segera membuka dan membaca biodata titipan ustadz. Ah, aku berbohong. Ada banyak rasa kurang sabar. Aku memang sangat tidak sabar ingin segera membacanya. Sangat penasaran.
Kubuka tas kecilku dan kukeluarkan semua isinya. Isinya hanya dua, mushaf alquran kecil dan amplop biodata yang sekarang ku pegang ini. Ah, aku lupa. Bergegas aku ke kamar mandi, berwudhu. Di tempat liqo sebenarnya aku sudah berwudhu dan belum batal, tapi entahlah aku merasa ingin berwudhu lagi. Mungkin karena moment ini sangat istimewa nan special, keinginan berwudhu laksana keperluan. Sugesti biodata mungkin. Menambah iman tanpa sadar.
"Bismillah" Ucapku penuh dagdigdug debaran dada. Amplopnya tidak dilem, kuambil lembaran kertas biodata ini. Dan terlihat ada selembar foto 10 R sembunyi di balik kertas biodata ini. Dan sungguh tidak beruntung fotonya terbalik, belakangnya yang menghadap ke arahku.
Ada pertanyaan tanpa sadar menelisik dalam pikiranku, melihat fotonya atau membaca biodatanya dulu. Mana yang harus aku dahulukan. Ah, aku tidak suka dengan pilih memilih seperti ini. Aku lebih suka satu pilihan. Alangkah tidak membingungkannya bila foto akhwat menempel langsung pada biodata. Modelnya mungkin mirip CV lamaran kerja, fotonya bisa di atas. Bisa juga dengan berimprovisasi fotonya di tempatkan di bagian bawah tulisan data diri. Tapi ya sudahlah, intinya sekarang aku kebingungan, gara-gara dipisah harus membuka yang mana dulu. Sejujurnya hatiku condong melihat fotonya dulu. Tapi...
Ih, aku seperti orang gila. Kenapa aku memikirkan and focus sama hal remeh temeh seperti ini???? Mau disatukan alias diprint bareng atau foto terpisah emangnya hal primer apa sih yang urgent banget?? Ga penting amat deh. Mungkin aku terlihat sableng. Tentu saja guruku tidak gendeng. Karena guruku seorang ustadz..
Dengan kecepatan kilat ku balikkan foto terbalik akhwat pemilik biodata itu. Aku merasa menunggu lama. Ko lama ya? Seolah ada jeda waktu menunggu antara berputarnya tanganku yang membalikkan foto itu. Silahkan buka http://lebay.com.
Moment membalikkan fotonya seperti siaran gol atau pelanggaran dalam sepakbola di televisi. Sangat lambat. Mula-mula terlihat jilbab hitam bagian ubun-ubunnya. Mungkin sengaja pake jilbab hitam biar terlihat putih kulit wajahnya. Kata orang, biar terlihat putih pakailah warna baju yang gelap, dan warna paling gelap adalah warna hitam. Dan bila ingin terlihat cerah dan jadi pusat perhatian, pakailah warna yang terang, dan warna paling terang adalah warna merah. Begitulah teori berpakaian, katanya sih. Tapi memang masuk akal dan memang terbukti.
Kembali ke foto sang akhwat. Wajahnya mulai terlihat tapi masih masih agak samar, mungkin efek pembalikkan yang terlalu cepat. Tapi sesamar-samarnya terlintas juga seukir wajah yang rasanya familiar.
Ku tatap lekat-lekat selembar foto itu. Dan, "Hah!!!!!!! Dia.....???" Aku… Allahu Akbar. Aku terdiam lama, tak terasa air mataku tumpah. Aku menangis dalam diam...
…***…
Masih kuliah Ketemu gadis cantik,gak berjilbab di gramedia matraman,trus ikut bedah buku,ngobrolin buku jg…trus dua2nya mau minta nomor hp malu2.. gak minta deh.. akhirnya sering ketemu di gramedia tiap mingguu sampe munculnya perasaan syng,tp malu2 sehingga tidak terungkapan… berpisah deh.. lima tahun kemudian ternyata sejdodoh deh…(kembali ke atas keawal cerita biodata..ternyata dia udah ngaji..ya klo jodoh ga kemana…
Komentar