"TRUE LOVE" Part One
by Muhammad R. Gumilar
Tiada kebahagiaan bagi seorang suami sepulangnya kerja selain sambutan senyuman manis penuh cinta dari sang isteri. Begitu pula yang kurasakan senja ini. Kepenatan dan kelelahan akibat pekerjaan berikut macet dan panasnya Jakarta seolah tak berarti saat bertemu senyuman isteriku.
Nampak istriku dengan senyuman manisnya berdiri menyambutku di depan pintu teras rumahku. Dari sinar matanya tak perlu aku ragukan betapa ia mencintaiku. Mata beningnya nampak berkaca-kaca. Ah, aku benar-benar menemukan pelabuhan cinta terakhirku. Aku mencintainya sepenuh jiwaku.
"Assalamu'alaikum..." Kuucapkan salamku dengan senyuman kebahagiaan di wajahku. Bagaimana tidak bahagia, aku disambut dengan senyuman manis istriku.
"Wa'alaikumussalam... " Jawab isteriku sambil mencium punggung tangan kananku. Kupeluk tubuhnya dengan lembut sambil mengecup keningnya.
"I love you, sayang. Abie kangen nih." Ujarku lirih sambil menatap mata berliannya yang berkaca-kaca.
"I love you too, abie sayang. Ummie apalagi. Kangen berat. Dari abie berangkat, ummie kepikiran abie terus." Jawabnya dengan pandangan mesranya kepadaku. Kukecup matanya dengan lembut.
"Sebentar, sayang. Abie buka sepatu dulu." Ujarku sambil duduk dikursi teras rumahku. Tiba-tiba istriku berjongkok dan membuka sepatuku berikut kaos kakinya. Ingin rasanya aku melarangnya. Tapi, hatiku tak tega melarangnya. Kutatap wajahnya yang nampak bahagia saat melepas sepatuku.
"Terima kasih, sayang." Kuucapkan terima kasihku sepenuh jiwaku sambil kukecup kembali keningnya sepenuh cinta.
Senyuman manis nampak terukir dari pualam wajahnya. "Ayo, abie." Ucapnya sambil meraih tanganku. Kugenggang erat tangannya sambil kembali kupeluk pinggangnya.
"Abie bau apek ya sayang?" Ujarku sambil agak merenggangkan badanku. Dengan cepat ia mencium dadaku. "Enggak kok. Abie wangiii sekali." Jawabnya sambil terkekeh. Kupeluk dirinya dengan eratnya.
Siapapun setelah pulang bekerja pasti badannya kotor dan bau karena bercampur dengan keringat dan debu jalanan. Aku pun selalu berusaha menjaga kebersihan dan wangi tubuhku saat bertemu istriku. Banyak suami yang egois yang tidak menyadari jika badannya kotor dan bau setelah pulang bekerja. Dengan tubuh baunya itu langsung saja tanpa basa basi langsung mengajak istrinya berhubungan suami istri. Mengerikan sekali.
"Ayah mandi dulu ya sayang." Ujarku sambil meraih handuk di jemuran. Kutatap wajahnya sekilas. Kutarik nafas panjang sejenak. Semakin hari aku semakin jatuh cinta kepadanya. "Ya Alloh, indahkanlah hidup kami berdua."
"Iya abie. Abie mandi, ummie siapin makan buat abie. Hari ini ummie masak goreng jengkol kesukaan abie." Wow jengkol. Aku pun bergegas segera mandi. Perutku sedari tadi bernyanyi terus. Rupanya senang karena akan bersua jengkol.
Selepas mandi dan memakai pakaian santai aku pun bergegas menuju meja makan. Nampak istriku menyodorkan sepiring nasi yang nampak penuh sekali.
"Kebanyakan sayang. Perut abie kecil, nanti tidak muat." Ujarku sambil tersenyum. "Apalagi sebentar lagi maghrib."
"Maghrib masih setengah jam lagi, abie. Ummie senang lihat abie makan banyak. Biar abie tambah gemuk nanti." Jawab istriku sambil terkekeh.
"Ummie suapin abie ya?" Ujarnya sambil meletakkan segala macam lauk pauk di atas piringku. Kukecup keningnya sambil tersenyum mesra.
"Abie kasihan sama ummie. Harus merawat bayi sebesar abie. Hehehe.." Aku terkekeh penuh bahagia.
"Enak sekali sayang. Sayang, makin pintar masak saja nih. Nanti deh abie beli buku tentang memasak. Biar nanti masakan sayang tambah rame. Hehe.. " Masakan istriku sebenarnya agak terlalu asin dan masakannya terkadang masih agak keras alias kurang matang. Tapi, jika dimakan dengan campuran sayur cinta semuanya terasa nikmat dan mengundang selera.
Banyak suami yang begitu kejamnya memaki masakan istrinya dengan kata-kata "tidak enak" dan sebagainya. Jangan lukai kebahagiaan mereka yang melayani kita dengan ucapan negatif. Bahkan sebaiknya kita bertanya kepada dirinya sendiri, "Emang elu bisa masak?"
Adzan maghrib berkumandang dengan merdunya. Segera kukenakan pakaian sholatku, sebuah ghamis panjang berwarna coklat dan sebuah peci kecil.
"Sayang, abie pulang jam delapan ya. Abie mau tilawah dan muraja'ah dulu." Ujarku sambil bergegas melangkahkan kakiku menuju mesjid yang berjarak seratus meter dari rumahku.
"Iya, abie sayang. Hati-hati abie. Doain juga biar sukses." Jawabnya sambil mengusap perut seksinya. "Tentu sayang." Jawabku singkat. Kami pun tertawa bahagia.
Rutinitas berangkat maghrib dan pulang pukul delapan atau pun pukul sembilan adalah kebiasaan di masa kecilku. Sholat maghrib dan sholat ba'diyah maghrib lalu diteruskan dengan membaca al-ma'tsurat, dilanjutkan dengan menghafal beberapa ayat alquran, biasanya setengah halaman, sampai datang waktu isya. Dan hafalan setengah halaman tadi dimuroja'ah dengan sholat antara adzan dan iqomat. Maksudnya, hafalanku dipakai sebagai bacaan di sholat sunnah antara adzan dan iqomat.
Setelah sholat isya dan ba'diyah isya. Aku pun kembali memuroja'ah hafalan yang kuhafal ba'da maghrib tadi sekaligus pula memuroja'ah hafalan-hafalanku yang terdahulu. Dan kuakhiri dengan do'a tepat pukul delapan atau pukul sembilan.
Sebuah kebiasaan yang kulakukan bermalas-malasan di masa bujanganku. Namun, kulakukan dengan semangat tinggi nan membara setelah aku menikah. Mungkin inilah salah satu manfaat menikah, yaitu menambah iman dan semangat beribadah.
Tepat pukul delapan akupun kembali ke rumah. Dan aku pun disambut oleh senyuman mesra nan menggairahkan istriku. Rasanya ingin langsung terjang saja. Segera kuganti pakaian sholatku dan berganti sarung ajaib. Saking multi fungsinya akupun menyebutnya sarung ajaib.
"Sayang, sudah wudhu belum?" Ujarku dengan nada sangat mesra sambil memeluk istriku dari samping. "Udah abie." Jawabnya manja sambil menyandarkan kepalanya di atas dadaku.
"Oh iya, abie. Kemarin ummie baca buku 'Sutra Ungu' ada gaya yang terlewat sama abie." Wajah istriku nampak memerah. "Gaya apa tuh ummie?" Tanyaku dengan penasaran. Seingatku semua gaya yang diajarkan di buku itu sudah aku praktekan dengan sukses.
Telingaku terasa geli sekali saat istriku berbisik mesra mengucapkan gaya bercinta dari buku "Sutra Ungu". Kutatap wajahnya yang memerah saking jengahnya dengan antusias.
"Serius ummie mau? Dulu katanya tidak mau?" Tanyaku dengan mencolek dagunya. "Ummie, mau kok abie. Serius. Dulu kan ummie merasa aneh saja. Tapi, setelah ummi bertanya sama teman-teman pengajian ummie, mereka juga melakukannya. Hehehe.." Kami terkekeh bersama. Ya udah kalau begitu. Bismillah...
Kenikmatan bercinta berselimut halal tiada duanya. Para malaikat pun bertasbih, bumi pun berdzikir. Semuanya indah. Semuanya nikmat. Semuanya berkah bila dilakukan karena mengharap ridho Allah.
Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.”
Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?”
Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram (berzina) akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan
di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari)
Inilah cinta sejatiku. Cinta terindah dalam sejarah perjalanan cinta manusia. Cinta karena Alloh.
To be continued...
Komentar