"Maafkan ana, akhie. Penolakan ini bukan kehendak ana. Tapi, kehendak keluarga ana terutama kakak ana. Ana sudah berusaha membujuk beliau tapi mereka tetap tidak mengijinkan ana menikah dengan akhie."
Sebuah sms terbaca garing dalam handphone samsungku. Aku tak peduli lagi dengan ocehan gadis di seberang sana. Toh keluarganya telah menolak pinanganku.
Di atas adalah salah satu pesannya yang tak pernah kubalas. Serius. Aku sudah tak peduli lagi dengan sang akhwat ini. Untuk apa aku peduli dengn dirinya toh dia bukan calon isteriku lagi.
Maaf, aku tampak emosi senja ini. Bukan tanpa alasan, tentu saja. Semua berawal dari penolakan mereka terhadap pinanganku. Sebenarnya bukan masalah pinangannya tapi masalah klasik yaitu uang panjar yang aku berikan kepada mereka terlalu kecil katanya.
"Maaf, ustadz. Kami sekeluarga sepakata untuk mengadakan resepsi yang akan mengundang seluruh keluarga besar kami. Karenanya membutuhkan dana yang cukup lumayan besar. Jika memang memungkinkan kami mohon dibantu kembali."
Itu adalah sms kakaknya. Kemudian kubalas pesannya.
"Insya Allah, mas. Akan saya usahakan semampunya." Akhirnya aku pun mentransfer kembali sejumlah uang. Namun, sang kakaknya ini kembali mengirimiku pesan jika uangnya belum mencukupi alias masih kurang. Dan segera kubalas pesannya jika aku tak punya uang lagi.
Keesokan harinya
===
Baru nyadar ternyata ad tulisan ini. Sedikit bingung ini tulisan ttg apa, ternyata ini adalah prolog ttg ditolaknya pinangan salah seorang sahabatku gara-gara "uang panjar" nya kurang. Mau dilanjut sedikit lupa. Hihi.. Kacau
Komentar