Langsung ke konten utama

Fitnah Hidup

"Ya Ustadzie, apa yang harus ana lakukan dengan para wanita ini? Ana bingung." Ujar Karim sambil menangis pilu.

"Kenapa antum menangis Ya Akhie? Solusi ana buat antum sangat mudah sekali." Tanya Ustadz dengan lembutnya.

"Bagaimanakah solusinya Ya Ustadzie?" Tanya Kariem dengan antusias.

"Tinggalkan mereka. Solusi yang simple bukan?" Jawab Ustadz.

"Tidak semudah itu Ya Ustadzie.Tidak semudah itu." Ujar Karim kembali.

"Lho!Tidak semudah bagaimana Ya Akhie? Tanya Ustadz

"Tidak semudah itu Ya Ustadz. Ana tidak tega. Ana kasihan kepada mereka. Ana merasa iba." Terdengar hembusan nafas karim yang begitu berat.

"Istighfar Ya Akhie, seharusnya antum mengasihani diri antum sendiri yang sedang di bibir jurang neraka. Seharusnya antum iba kepada diri antum sendiri yang belum tentu masuk jannah." Terdengar suara ustadz dengan tegasnya. Karim nampak terkejut sekali seolah baru terpikir olehnya nasihat ustadz itu.

"Tetapi ustadz, lalu bagaimana dengan mereka. Ana mengkhawatirkan mereka."

"Akhie.. akhie... Perbanyaklah istighfar akhie. Memang antum itu siapa akhie? Apakah antum pemilik mereka? Apakah antum pelindung mereka?Apakah antum itu Rabb dan Penyelamat mereka sehingga antum merasa antum tidak bisa meninggalkan mereka dengan mengkhawatirkan mereka. Akhi, serahkan semuanya kepada Alloh. Mereka semua milik Alloh. Biarkan Alloh yang mengatur semuanya." Ustadz terdiam sejenak.

"Akhie, selamatkanlah diri antum sendiri. Selamtkanlah diri antum dari fitnah hidup ini. Selamatkan diri antum sendiri dan tawakkallah kepada Alloh. Akhie, antum ingin selamat? Antum ingin surga? Tinggalkan mereka. Jauhi mereka." Nasihat ustadz dengan tegasnya.

Karim tak bisa menahan lelehan air matanya. Ia menangis dengan pilunya. Ustadz nampak menarik nafas dalam-dalam.

"Syukron Ustadz atas nasihat antum. Seolah baru terbuka semuanya. Ana memang lalai dan lupa. Astagfirullah al-Adzim. Ampuni hamba Ya Ghoffar... Izinkan hamba kembali Ya Robbie, kembali meniti jalan-Mu. Aamiin.." Epilog Karim sambil meninggalkan rumah ustadz.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.