"Ya Ustadzie, apa yang harus ana lakukan dengan para wanita ini? Ana bingung." Ujar Karim sambil menangis pilu."Kenapa antum menangis Ya Akhie? Solusi ana buat antum sangat mudah sekali." Tanya Ustadz dengan lembutnya.
"Bagaimanakah solusinya Ya Ustadzie?" Tanya Kariem dengan antusias.
"Tinggalkan mereka. Solusi yang simple bukan?" Jawab Ustadz.
"Tidak semudah itu Ya Ustadzie.Tidak semudah itu." Ujar Karim kembali.
"Lho!Tidak semudah bagaimana Ya Akhie? Tanya Ustadz
"Tidak semudah itu Ya Ustadz. Ana tidak tega. Ana kasihan kepada mereka. Ana merasa iba." Terdengar hembusan nafas karim yang begitu berat.
"Istighfar Ya Akhie, seharusnya antum mengasihani diri antum sendiri yang sedang di bibir jurang neraka. Seharusnya antum iba kepada diri antum sendiri yang belum tentu masuk jannah." Terdengar suara ustadz dengan tegasnya. Karim nampak terkejut sekali seolah baru terpikir olehnya nasihat ustadz itu.
"Tetapi ustadz, lalu bagaimana dengan mereka. Ana mengkhawatirkan mereka."
"Akhie.. akhie... Perbanyaklah istighfar akhie. Memang antum itu siapa akhie? Apakah antum pemilik mereka? Apakah antum pelindung mereka?Apakah antum itu Rabb dan Penyelamat mereka sehingga antum merasa antum tidak bisa meninggalkan mereka dengan mengkhawatirkan mereka. Akhi, serahkan semuanya kepada Alloh. Mereka semua milik Alloh. Biarkan Alloh yang mengatur semuanya." Ustadz terdiam sejenak.
"Akhie, selamatkanlah diri antum sendiri. Selamtkanlah diri antum dari fitnah hidup ini. Selamatkan diri antum sendiri dan tawakkallah kepada Alloh. Akhie, antum ingin selamat? Antum ingin surga? Tinggalkan mereka. Jauhi mereka." Nasihat ustadz dengan tegasnya.
Karim tak bisa menahan lelehan air matanya. Ia menangis dengan pilunya. Ustadz nampak menarik nafas dalam-dalam.
"Syukron Ustadz atas nasihat antum. Seolah baru terbuka semuanya. Ana memang lalai dan lupa. Astagfirullah al-Adzim. Ampuni hamba Ya Ghoffar... Izinkan hamba kembali Ya Robbie, kembali meniti jalan-Mu. Aamiin.." Epilog Karim sambil meninggalkan rumah ustadz.
Komentar