"SEBUAH SERUAN BAGI KAUM MUDA MUSLIM"
Kalau kita mempunyai saudara atau teman perempuan jangan pernah mengomentarinya dengan kata-kata "Bajumu seksii..", karena wanita jaman sekarang kalau dikatakan sexi justru malah senang dan semakin "mengetatkan" bajunya.
Kata seksi bagi sebagian wanita itu adalah kata pujian pengakuan atas lekak lekuk tubuhnya yang dibungkus baju ketat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "Seksi" adalah "merangsang rasa berahi (ttg bentuk badan, pakaian, dsb)." Dan faktanya sebagian wanita muslim merasa biasa saja menonjol-nonjolkan payudaranya, bahkan secara sengaja mereka melakukanya. Begitupun dengan celana panjang yang super ketat, mereka merasa biasa-biasa saja seolah tak punya rasa malu kepada Alloh.
Okelah rasa malu kepada Alloh tingkatannya terlalu tinggi. Tetapi, cobalah malu bahwa Anda sebagai seorang muslimah seharusnya berpakaian laiknya seorang muslimah. Jangan malah menjadikan anda tidak jelas agamanya apakah anda wanita muslimah atau bukan. Ini fakta, pakaian wanita non muslim yang ketat dipakai juga oleh wanita muslimah. Coba, ada yang tahu bagaimana membedakannya? Mungkin hanya bertanya dan melihat KTP nya saja kita tahu bahwa wanita berpakaian seronok itu adalah seorang muslimah.
Para pemuja kebebasan itu selalu sok paling adil dengan jargon "Don't judge a book by its cover", diksi dan maknanya memang bagus tetapi dimanfaatkan demi kebebasan berekspresi tanpa ikatan agama dan moralitas.
Kadang-kadang gue sedih juga dengan melihat fenomena gadis-gadis muslimah jaman sekarang yang menjadi korban mode. Bingung harus menyalahkan siapa. Bingung harus marah sama siapa melihat fenomena ini.
Gue juga terkadang bingung dengan para orang tua yang mempunya anak gadis. Ibunya berjilbab lebar tetapi anaknya berpakaian ketat dibiarkan saja bahkan terkadang dibelikan juga baju yang ketat. Apa para orang tua itu tidak malu atau mereka tidak faham bahwa baju-baju ketat anaknya itu jauh dari nilai islam?
Entah gue harus menggugat pada siapa. Entah gue harus marah pada siapa. Fenomena yang menyesakkan dada. Gue emang marah dengan arus globalisasi yang tanpa penyaringan, gue emang cenderung menyalahkan unsur eksternal (luar) yaitu Barat dengan segala peradaban hedonis, liberalis dan sekularisnya. Tetapi, gue merasa internal ummat Islam sendirilah yang lemah sehingga menjadi undangan gratis bagi para penjaja kebebasan.
Kebodohan atas agama Islamnya sendiri dan ketidakislamian produk hukum atau kebijakan pemerintah ( yang notabene muslim juga) menjadi sebuah bom waktu kehancuran sebuah masyarakat muslim. Kita berdoa semoga saja tidak tetapi fenomena "menganggap biasa" kebebasan berekspresi seolah menjadi percikan api yang mulai membakar sumbu bom itu.
Artinya, faktor eksternal memang menjadi faktor yang menghambat bangkitnya peradaban Islam tetapi faktor internal ummat Islam pun menjadi landasan bagi anasir kemunduran. Kelemahan internal ummat Islam memudahkan Barat menancapkan kuku imperialismenya ke dalam masyarakat muslim (baca ; hegemoni). Baik itu imperialisme ekonomi dan imperialisme agama.
Ini adalah pekerjaan rumah kita para kaum terpelajar muslim di seluruh dunia. Pekerjaan rumah yang mungkin akan membutuhkan waktu yang panjang dan melelahkan untuk menyelesaikannya. Dan mungkin saja pekerjaan rumah ini akan melampaui umur kita.
Kawan, berbanggalah kita sebagai seorang muslim. Wahai para wanita berbangga dan berbahagialah kalian sebagai seorang muslimah. Hidayah Islam ini mahal. Dan kita patut berbangga sebagai generasi muda muslim terpelajar. Allohu Akbar!

Komentar