Langsung ke konten utama

PENAWAR RINDU

"**PENAWAR RINDU**

Saat pertama kali melihat sosok aslinya, muncul keraguan dalam hatiku. Entah kenapa dengan perasaanku. Aku meragukan jika ia akan menjadi imam masa depanku. Aku ragu.

Wajahnya terlalu bersih untuk seorang ikhwan. Putih mengkilat tanpa jerawat, dagunya klimis tanpa jenggot, jidat yang licin tanpa bekas sujud, bibirnya merah bak seorang wanita, dan telapak tangannya terlihat halus seolah tak pernah bekerja keras.

Aku memimpikan sosok ikhwan sejati dengan bekas sujud dan jenggot tebal tanda kewibawaan. Laki-laki ini terlalu tampan sebagai sosok ikhwan. Terlihat seperti laki-laki pesolek. Aku meragu. Jangan-jangan ia adalah seorang playboy sejati.

Aku sekilas memperhatikannya saat ia berbicara di samping Ustadz Arif Budiwinata. Aku memang lebih banyak menunduk, tapi bukan berarti aku tak menyimak dan memperhatikan setiap tutur kata dan sosok dirinya.

Ya Allah, aku ragu. Aku ragu ia bisa membimbingku. Aku ragu ia akan menjadi imamku. Ya Allah, berilah hamba petunjuk-Mu.

Ba'da nadhor, aku mencoba mendamaikan kondisi jiwaku yang meragu, dengan memperbanyak shalat istikharah. Usiaku hampir tiga puluh tahun. Aku telah menjadi gadis yang matang. Bahkan mungkin "telat" menikah.

Haruskah aku menolak laki-laki itu demi keraguanku? Ataukah menerimanya demi usiaku yang terus beranjak tak terkendali?

"Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.

"Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku. Maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku, dan berkahilah ia untukku.

"Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat. Maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginannya."

---***---

Saat ia membacakan ijab kabul, secercah bahagia merasuki jiwaku. Serasa bermimpi. Aku telah menjadi seorang istri dari laki-laki yang tak pernah kukenal.

Kutatap laki-laki di samping kananku saat di pelaminan. Terlalu tampan, tapi tidak bisa melepaskan keraguanku. Apakah aku bisa mencintainya? Entahlah...

Waktu berlalu, aku terduduk lemas di atas ranjang pengantinku. Terbayang akan apa yang akan terjadi di malam pengantinku. Aku berdebar tidak karuan. Laki-laki itu masih di luar. Entah apa yang dilakukannya.

"Tok tok tok.. Assalamu'alaikum.." Suara ketukan pintu dan salam laki-laki itu mengagetkanku.

"Wa... Wa'alaikumussalam..." Jawabku terbata-bata. Aku menunduk semakin dalam.

"Ukhty sudah berwudhu?" Tanyanya. Sekilas aku menatapnya, ia tersenyum padaku.

"Alhamdulillah." Jawabku sambil mengangguk. Kembali kutundukkan wajahku sambil memilin-milin jari-jariku yang kesemutan.

"Ayo... mmm... kita shalat dulu." Aku mengangguk dan berdiri di belakangnya. Dan...

"الله أكبر. بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين..... "

Aku tak kuasa menahan lelehan air mataku yang tumpah saat ia membacakan ayat-ayat suci Alquran. Alunan suaranya mendayu-dayu begitu fasih dan merdu. Tak kusangka laki-laki yang kuragukan ini begitu fasih dan indah bacaannya. Tak kusangka.

Ba'da shalat, ia menghadap ke arahku dan mengulurkan tangannya. Tangannya menjadi basah karena air mataku. Lalu ia mencium keningku dan terdengar doa lirihnya.

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan apa yang saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya juga dari kejahatan dari apa yang aku ambil daripadanya."

Aku tak kuasa menahan keharuan hatiku...

"Ya Rahman, terima kasih atas semua kasih sayang-Mu. Terima kasih atas karunia terindah ini. Engkau telah pilihkan daku seorang penawar rindu yang akan menemaniku meniti jalan surga-Mu. Alhamdulillah..."

---***---

Hari-hari pun berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Setiap kali aku merasakan keraguan, ia selalu hadir dengan kesabaran dan kelembutan. Setiap kali aku merasa ragu akan kemampuannya sebagai imam, ia selalu menunjukkan betapa tulus niatnya untuk membimbingku.

Aku mulai melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Bukan lagi dari penampilannya yang terlalu sempurna, tetapi dari ketulusan hatinya yang begitu nyata. Setiap kali ia berbicara, aku merasakan ketulusan yang mendalam. Setiap kali ia tersenyum, aku merasakan ketenangan yang menenangkan hatiku.

Suatu malam, ketika kami sedang duduk di teras rumah, ia mengajakku untuk berbicara dari hati ke hati. Ia menceritakan tentang masa lalunya, perjuangannya untuk menjadi pria yang lebih baik, dan niatnya untuk selalu membimbing keluarganya di jalan yang diridhai Allah.

"Aku tahu, mungkin aku tidak seperti yang kamu harapkan. Tapi aku berjanji, aku akan selalu berusaha menjadi imam yang baik untukmu. Aku ingin kita bersama-sama mencapai surga-Nya. Bersama-sama kita berjuang dan saling mendukung."

Kata-katanya begitu tulus dan jujur. Aku merasa terharu dan tak kuasa menahan air mataku. Untuk pertama kalinya, aku merasakan keyakinan yang kuat bahwa ia adalah orang yang tepat untukku. Semua keraguan yang pernah ada perlahan-lahan menghilang. Aku mulai menerima dan mencintainya dengan sepenuh hati.

Waktu berlalu, dan kami menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk saling mengenal dan memahami lebih dalam. Setiap tantangan yang datang, kami hadapi bersama dengan penuh keikhlasan.

Aku belajar banyak dari dirinya. Tentang kesabaran, tentang ketulusan, dan tentang pentingnya selalu berserah diri kepada Allah. Ia menjadi penawar rinduku, penyejuk hatiku, dan penuntun jalanku menuju surga-Nya.

Kini, aku tidak lagi meragukan keputusanku untuk menikah dengannya. Aku bersyukur kepada Allah atas segala petunjuk dan bimbingan-Nya. Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini adalah bagian dari rencana-Nya yang indah.

"Ya Allah, terima kasih atas segala nikmat-Mu. Terima kasih telah memberikan aku seorang suami yang begitu baik dan penyayang. Semoga kami selalu dalam lindungan-Mu, dan semoga kami bisa terus berjalan di jalan yang Engkau ridhoi."

Begitulah kisah penawar rinduku. Dari keraguan yang mendalam, hingga akhirnya menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati. Aku belajar bahwa dalam setiap perjalanan hidup, selalu ada hikmah yang bisa kita ambil. Selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih baik, dan selalu ada harapan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.


*Doa Istikharah Hadist Riwayat Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya.
**Adab malam perngantin dalam Islam banyak sebenarnya, mungkin di lain kesempatan akan diuraikan lebih detai di kisah lainnya. InsyaAlloh.. Ini singkatnya aj. Mengikuti alur cerita. Ini penjelasan singkat biar tdk ad perdebatan ttg adabnya
***Rasulullah saw bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang hamba sahaya, peganglah terlebih dahulu keningnya, sebutlah nama Allah dan berdoalah untuk keberkahan serata ucapkanlah doa berikut ini: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya juga dari kejahatan dari apa yang aku ambil daripadanya" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ibn Majah).
@Kisah di atas sebenarnya bisa ditambahi lagi alur cerita or pergulatan batinnya. Tp,tuk sementara dicukupkan dulu. Akam tiba masanya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.