Langsung ke konten utama

Menikah Untuk Bahagia

Aku merasakan keharuan yang dalam saat mendengar senandung Edcoustic mengalun merdu dalam resepsi pernikahanku. Hampir saja aku tak kuasa menahan tumpahan air mataku. Kutatap sekilas wajah istriku yang berdiri di sampingku. Nampak kelelahan tergambar jelas dari wajahnya. Betapa beruntungnya diriku, Alloh pilihkan seorang gadis yang istimewa untukku. Sangat istimewa. Terima kasih Ya Alloh.

Sepertinya lirik nasyid Edcoustic menyindirku secara langsung. Lirik nasihatnya melahirkan rasa malu dalam hatiku. Ah, sepertinya aku tak kuasa menahan tumpahan air mataku. "Sayang.." Ujarku lembut. "Aa mau ke belakang dulu ya. Sebentar." Kubelai kepalanya dengan lembut sambil berlalu menuju kamar pengantin.

"Ya Alloh, terima kasih Ya Rohman. Betapa Maha Baiknya Engkau kepadaku, Engkau karuniakan laki-laki pendosa nan hina sepertiku ini seorang istri yang sholehah. Padahal betapa banyaknya dosa yang telah kulakukan. Ampuni aku Ya Ghoffaar..." Air mataku tumpah tak tertahankan lagi. Aku malu. Sangat malu. Aku malu kepada Rabb-ku.

Cukup lama aku memuhasabahi hidupku dengan linangan air mata. Terdengar ketukan dan ucapan salam istriku. Segera kuambil tissue dan menghapus sisa air mataku. "Wa'alaikumussalam.. Iya sayang." Suaraku terdengar sengau dan serak. Aku berdehem beberapa kali.

"Aa kenapa?" Istriku menatapku dengan tatapan khawatirnya. "Aa sakit?" Ia mendekatiku. Kubelai kepalanya dan kukecup keningnya penuh cinta. "Alhamdulillah aa sehat, Sayang." Jawabku lembut dengan senyuman tersimpul. Kuajak ia duduk di sisi ranjang pengantin.

"Benar Aa tidak ada masalah? Itu Aa habis menangis?" Tanyanya kembali penuh rasa penasaran. Kugelengkan kepalaku. Kupeluk dirinya dengan lembut. "Aa hanya terharu saja. Betapa Alloh begitu Maha Baik. Aa yang banyak dosa ini Alloh karuniakan seorang istri yang istimewa seperti sayang."

Ia menatapku dengan mesra. Sebuah lesung pipit tersimpul indah saat ia tersenyum. "Justru Neng yang merasa beruntung Alloh pilihkan Neng seorang imam seperti Aa." Kutatap ia penuh cinta, tiba-tiba saja dadaku dagdigdug penuh gairah. Kukecup bibirnya perlahan. Ah, syahwatku naik. "Sayang, ayo keluar, para undangan menunggu kita. Sayang harus sabar ya. Nanti malam saja." Ujarku sambil terkekeh.

"Yeee, kok neng? Aa tuh yang tidak sabar." Wajahnya merona merah saking jengahnya. Kuraih tangannya dan kuajak keluar menuju pelaminan.

Cinta... Betapa indah dan berkahnya saat ia menyatu dalam bingkai pernikahan. Inilah seagung-agungnya hasrat mencinta. Cinta yang halal penuh puja puji para malaikat.

Alloh pertemukan kita di jalan dakwah. Alloh satukan kita dalam jalinan cinta-Nya. Alloh kokohkan cinta kita dengan cinta-Nya.

Aku menikah untuk bahagia. Dan menikahimu adalah cara Alloh membahagiakanku. Semua akan indah pada waktunya. Terima kasih cinta.

To be continued...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.