"Ana harap antum simpan dan jaga biodata ini. Jangan diobral sama teman-teman antum yang lain. Kecuali sama orang tua dan keluarga antum yang lain. Anggap laksana aib bila yang tidak punya hak membaca biodata ini." Epilog ustadz Hasan laksana pisau ukir yang sedang mengukir diriku. Ada sejuta rasa yang meresap dalam-dalam ke dalam jiwaku. Rasa yang sulit ku lukiskan. Ku tatap biodata beramplop putih itu. Belum berani menyentuh sedikit pun. Mimpikah ini??? Aku merasa belum waktunya, tapi hukum alam berlaku, usiaku terus bertambah. Rasanya seperti baru kemarin SMA. Apa mau dikata. Aku tersenyum malu. "Iya. ustadz. Insya Allah ana akan jaga amanat antum." Sejenak aku terdiam, masih sedikit terbius kelengangan antara mimpi dan kenyataan. Lalu ku ambil amplop putih di depanku itu. Sentuhan pertama terasa dingin. Entahlah mungkin aku sendiri yang terlalu lebay. Ku masukan ke dalam tas kecilku. Ku tarik nafas dalam-dalam. Hening. "Kalau gitu ana pamit dulu, usta...