Saat orang-orang berebut dan menyerbu praktek dukun ponari
atau dukun lainnya. Untuk meminta kesembuhan dan lain sebagainya. Sebuah
kesimpulan tersimpul, bangsa kita masih jauh dari sifat-sifat peradaban yang maju.
Saya tidak membahas mahalnya ongkos berobat di dokter atau
rumah sakit. Saya membahas framework berpikir. Tentu ada yang salah dari cara
berpikir kita.
Ada yang salah ketika kita datang ke dukun yang mengaku-aku
bisa menggandakan uang, misalnya. Ada yang salah saat kita bergelimang masalah
lalu datang kepada kyai dukun untuk meminta jimat. Ada yang salah ketika kita
banyak masalah atau banyak utang lalu mendatangi kuburan keramat agar utang
kita lunas. Sangat salah.
Saya tidak akan membawa permasalahan ini secara logika agama
Islam. Dengan dalil-dalil agama karena tidak semua orang mau membacanya. Lagi
pula sudah barang tentu Islam berlepas diri dari perilaku kotor ini.
Saya ingin membawa Anda pada alam manusia sebagai makhluk
berpikir. Tentu mafhum yang membedakan kita dengan hewan adalah akal.
Akal kita tahu jika itu batu, akal kita tahu jika itu
makanan, akal kita tahu jika itu patung, akal kita tahu jika itu kuburan, akal
kita tahu jika kita manusia yang terdiri dari daging, tulang, darah, dan
sebagainya.
Pertanyaannya, kenapa kita meyakini sebuah batu bisa
menyembuhkan jika kita tahu dan sadar itu adalah batu? Dipalu pun akan hancur.
Mari kita jujur bersama-sama.
Pertanyaannya, kenapa kita meyakini kuburan orang mati bisa
menolong kita melunasi utang? Padahal kita tahu itu hanyalah sekedar kuburan,
tidak jarang kuburan hewan pun dikira kuburan ulama. Tragis.
Pertanyaannya, kenapa kita meyakini manusia si A atw si B
sebagai inkarnasi Tuhan atau titisan Tuhan? Padahal kita tahu manusia itu tidak
lebih dari sekedar manusia lemah dan sekedar makhluq ( yg diciptakan) yang
tidak akan menjadi kholiq (sang pencipta).
Tanya kenapa??
Secara kejiwaan manusia, jiwa kita membutuhkan sesuatu yang
bisa melindungi kita. Jiwa kita membutuhkan sesuatu untuk disembah. Jiwa kita
butuh sesuatu yang hebat. Tanpa kita sadari jiwa kita membutuhkan sesuatu yang
super hebat. Bahkan bukan hanya hebat namun suci dan sempurna. Sangat sempurna.
Inilah yang disebut naluri beragama. Sesuatu itu adalah
Tuhan. Jiwa kita membutuhkan sosok Tuhan. Setiap manusia membutuhkan sesuatu
itu. Karena kita memang sangat tahu jika kita lemah dan payah.
Dengan naluri beragama inilah kita mencari sesuatu yang
sempurna itu. Dalam buku sejarah kita menemukan adanya kepercayaan anismisme dan
dinamisme. Peninggalan-peninggalan isme-isme nenek moyang pun kita temukan.
Inilah bukti betapa sejak zaman dulu kala kehausan akan sesuatu yang bisa
melindungi (pelindung) itu ada.
Satu point telah kita temukan, setiap manusia memiliki
naluri beragama atw kecenderungan beragama. Jadi, para atheis itu adalah
orang-orang yang membohongi jiwa mereka sendiri.
Dalam proses pencarian akan sesuatu yng sempurna nan hebat
ini tentu saja sering terjadi kesalahan atau salah sasaran.. Oleh karena itu,
kita memiliki akal untuk berpikir dan menimbang. Apakah sesuatu ini atau itu
layak untuk disembah? Apakah sesuatu itu mampu melindungi kita? Apakah sesuatu
itu sempurna dan suci?
Akal kita mampu menilainya. Kembali pembahasan di atas.
Tentang batu, bisakah batu mampu bergerak atau ketika kita palu ia akan
melawan? Just stone, hanya batu saja. Tak mungkin ia Tuhan.
Begitu pula dengan kuburan. Hanya sebuah tempat pembuangan
bangkai saja yang tidak akan memberikan kekayaan atau pelunasan utang kepada
kita yang menziarahinya. Akal kita mampu sebenarnya menilai ini. Namun, cahaya
kebenaran tidak mau masuk kepada akal kita karena kita tidak mau untuk
merenunginya.
Terakhir tentang manusia. Benarkah sosok daging, darah dan
tulang rapuh ini layak disejajarkan dengan Tuhan? Pikirlah baik-baik. Tatap
diri kita sendiri, karena kita adalah manusia, diri kitalah yang sedang kita
nilai.
Sekali lagi,tubuh ringkih dan payah ini sangat tidak layak
disejajarkan dengan Tuhan atau sangat tidak pantas untuk disembah dan
dituhankan dan dianggap sebagai jelmaan Tuhan. Akal kita sangat tahu kekeliruan
besar ini.
Point yang kedua telah kita dapatkan. Untuk menemukan
sesuatu yang benar dan layak untuk disembah itu membutuhkan akal sebagai
penimbang.
Dari kedua point di atas kita bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas. Kenapa sampai terjadi berbondong-bondong orang
menyerbu tempat praktek dukun dan menyerbu kuburan-kuburan kramat dan
menganggap seorang manusia sebagai Tuhan?
Semua itu disebabkan manipestasi naluri beragama yang tanpa
melalui verivikasi akal sehingga pemuasan kebutuhan akan sesuatu yang hebat itu
salah sasaran.
Kesimpulan kajian malam ini adalah emosi jiwa atau naluri
jiwa manusia membutuhkan Tuhan namun untuk menemukan siapa Tuhan yang benar dan
layak untuk disembah itu membutuhkan akal agar tidak salah sembah.
Selamat beristirahat. Sampai jumpa dikajian berikutnya
tentang Tuhan manakah yang benar dan layak untuk disembah. Terima kasih.
Salam_ hangat Ka' Rizqi
Ancol Memory, 13 Sept '12. 03:20 AM
Komentar