Akhirnya bisa menikmati Path lagi setelah bertaoen-taoen mengalami fase bosan hidup. Hidup memang harus terus berjalan. Apapun yang sudah terjadi biarlah terjadi. Toh waktu tidak akan pernah bisa kembali. Itu fakta. Terima saja. Tak usahlah mengadili masa lalu. Simple kan..
Sejak mengenal hidup aku tumbuh dengan cita-cita maha besar untuk diriku. Aku hidup dengan harapan-harapan besar diriku. Tahap demi tahap cita-cita itu kurangkai dan kuyakini. Sangat optimis. Aku memang lelaki yang sangat optimis dengan masa depanku. Buatku, takdir itu "direkayasa" atau "diskenariokan." Kitalah pelakunya, Tuhan telah menciptakan potensi-potensi hebat kepada diri kita terutama akal sebagai "lokomotif"-nya sehingga tidak salah jika kukatakan takdir "di tangan kita."
Dalam pendidikan cita-citaku menjulang tinggi dengan keharusan lulus strata 3 diusia tiga puluhan tahun, target menulis buku fiksi dan nonfiksi, target hafalan Alquran dan hadits, target penguasaan bahasa-bahasa dunia. Aku meyakini aku mampu mewujudkan cita-citaku itu.
Lalu, tiba-tiba badai gelombang menerjang. Jika aku mau jujur, sejatinya aku mampu bersikap laksana karang yang tangguh diterjang milyaran gelombang ombak bahkan tsunami. Tapi, aku hanyalah laki-laki biasa (begitulah manusia selalu beralasan dengan kelemahan diri saat tak mampu), menahan bahkan menghalau gelombang tak semudah teori.
Aku pun kalah. Kalah dalam pusaran arus asmara, kalah dalam biduk kerja, kalah dalam rutinitas tak bernilai. Begitulah.
Aku kecewa kepada diriku yang tak sesuai harapanku. Tak ada siapapun yang aku salahkan, aku hanya menyalahkan diriku sendiri yang menyebabkan keterlambatan semua ini.
Hampir sebulan lagi aku akan kuliah lagi. Titian demi titian harus kulalui. Please, kuncinya satu: FOKUS. Fokus dengan cita-cita. Dan satu lagi: KOMITMEN. Komitmen dengan planning masa depan yang direncanakan. Please, FOCUS and COMMITMENT.
Hidup membutuhkan prioritas. Dan prioritasku saat ini adalah pendidikanku. Iya.. Ba'da isya tadi aku bermimpi menjelajah perpustakaan kampus Leiden.. Mungkin suatu saat nanti aku akan tersenyum menikmati segarnya negeri kincir angin... Dan berguru kepada para orientalis bajingan yang sok objektif. Iya, aku akan berguru kepada mereka tapi bukan sebagai inlander namun sebagai pribumi yang merdeka.
Salam
DR. Muhammad Rizqi Gumilar, M.A
Komentar
DR.Muhammad Rizqi Gumilar, M.A
Good Luck for your life :)