MY DESTINY...
Seperti yang pernah kukira, inilah saatnya aku fokus dengan karierku. Maha Kuasa Alloh yang telah membuka jalan semua ini.
Berawal dari panggilan deputy manajer Mr. Nursholeh. Ia memanggilku. Sejenak aku panik mengira ada yang salah dengan pekerjaanku. Alhamdulillah ternyata bukan sama sekali. Kami ngobrol ngalor ngidul di ruangannya yang sejuk full AC.
Beliau sangat asyik sekali obrolannya. Bagaimana tidak asyik, beliau memuji kinerjaku. Walaupun aku sendiri kebingungan titik point mana yang bagus dari kinerjaku.
"Rizqi, sudah saatnya elu melangkah lebih jauh dengan tantangan yang lebih menantang. Kantor pusat membutuhkan anak-anak muda yang fresh yang bisa bergerak cepat. Dan gue mempromosikan elu untuk mutasi ke kantor pusat. Dan gue pikir, elu yang paling cocok." Begitulah gaya bicaranya dengan gaya elu gue.. Gaul sekali deputy manajer yang satu ini.
Tanpa berpikir terlalu lama langsung kukatakan dengan lantang, "Pak, saya siap dengan tantangan dan tawaran bapak tadi." Iya, tidak ada seorang pun di kantorku ini yang tidak bahagia bahkan menolak jika dipromosikan ke HO (head office). Semua karyawan menginginkannya. Termasuk diriku tentu saja.
Aku pun berpamitan kepada teman-teman yang lain terutama berterima kasih kepada Sang Manajer MR. Jackson dan para deputy-nya, Mr. Sutikno, Mr. Nursholeh, Mr. Suparman dan Mr. Muchlis.
Sebelumnya aku telah bertemu dan berdiskusi dengan calon manajerku di kantor pusat, ia bernama Mr. Risa. Setelah ngobrol ngalor ngidul tentang proyek masa depan head office yang sedang digarap. Akhirnya ia memintaku untuk segera mutasi pertanggal 21 Januari.
Aku pun melangkah dengan mantap keesokan harinya menuju kantor baruku. Di sana aku bertemu beberapa supervisor. Berkenalan dengan mereka dan ternyata sebagian dari mereka pernah bertemu denganku di kantor lama.
Kembali aku bertemu manajer baruku Mr. Risa. "Pak Rizqi, sampean ikut aku dulu yu ke kantor HO Kemayoran. Beberapa MT butuh bantuan sampean." Itulah ucapan Mr. Risa dengan logat medok Jowo Yogya-nya.
Baru saja aku tiba di kantor HO Ancol tiba-tiba saja harus langsung bergerak. "OK. Siap bos." Jawabku singkat.
Kadang terpikir juga, orang bodoh sepertiku ternyata ada yang membutuhkan juga. Rasanya ini seperti mimpi. Beberapa tahun yang lalu aku tersaruk-saruk di belahan kampung-kampung Rangkasbitung mengajar bahasa Arab di kelas-kelas kampung dengan gaji Rp. 80.000 perbulan. Dan menunggu dana BOS Rp.200.000 per tiga bulan. Itu pun jika tidak dikorupsi kepala sekolahnya. Tragis memang nasib guru itu. Begitulah masa laluku.
Namun, kini berbalik seratus delapan puluh derajat, aku hampir selalu berkomunikasi dengan para manajer. Entahlah.. Mungkin inilah mimpi yang indah.
Oh iya, aku terlupa. Kantor pusat memiliki dua kantor. Di daerah Ancol sebagai kantor pusat pertama dan kantor pusat di daerah Kemayoran yang berdiri begitu megahnya.
Kami berdua berhenti di lantai 5. Sedari di lift hatiku masih saja berucap, "mimpikah ini..?"
Mr. Risa mengenalkanku dengan seorang yang bernam Mr. Sugi. Seorang Chines bertampang culun namun senyumnya simpatik sekali. Setidaknya tampang culunnya memberikan kesan jika ia doyam bercanda.
Mr. Sugi ini ramaaah sekali. Aku pun dikenalkannya dengan teamwork di sekelilingnya. Beliau sangat dekat dengan karyawan yang lain dan doyan bercerita lucu, terlihat saat ia mengenalkanku. Lalu, tiba-tiba..
"Rizqi, kamu masih bujangan apa sudah menikah?" Tanyanya disela-sela kami mulai bekerja. "Bujangan, pak. Kenapa pak? Mau comblangin ya?" Jawabku sambil tertawa. Aku pun menjawab seadanya plus gaya becandaku. Oh iya, kami becanda bak partner kantor biasa.
Hari pertamaku bekerja sungguh menyenangkan. Bukan hanya dikenalkan dengan teamwork yang cantik-cantik saja tapi traktiran makan dari Mr. Sugi membuat perutku kenyang.
Saat aku sedang duduk berdua dengan Mr. Risa, aku mengajaknya mengobrol tentang jabatan orang-orang di sekelilingku. Setelah mengetahui jabatan teman-teman lain, tibalah aku bertanya tentang Mr. Sugi. Dan Mr. Risa menjawab,
"Ia atasanku, Senior Manajer, pak. Jabatannya tertinggi ketiga di bawah Mr. Sim, direktur utama." Ujar Mr. Risa. Jleg. Aku kaget sekali. Ternyata laki-laki culun ya g aku candain itu adalah big boss juga. Jabatannya mengalahkan manajer-manajer besar yang kukenal di kantor lamaku.
Aku pun manggut-manggut dengan sedikit tak percaya. Bagaimana tidak percaya, melhat wajah senior manajer seculun begini. Ternyata wajah culunnya dimiliki hati yang hebat. Low profile sekali. Luar biasa.
"Pak Risa, saya jadi malu pak. Saya tadi bercandanya kurang sopan. Saya kira jabatan Mr. Sugi itu tidak setinggi itu." Ujarku menanggapi ucapan Mr. Risa.
Ia tertawa sejenak, "Santai aj. Tidak apa-apa kok. Pak sugi itu asyik orangnya."
"Iya, pak. Low profile sekali." Aku merenung sejenak. Aku pikir agak memalukan dan mungkin agak kurang ajar juga sikapku terhadap Mr. Sugi. "Ah sudahlah. Emang gue pikirin." Begitulah kesimpulan pikiranku mencoba menghapus rasa maluku.
Iya. Begitulah. Langkah demi langkah kudaki titian tangga karier. Alloh membuka jalannya. Walaupun aku takut ini adalah istidraj. Istijraj adalah hal atau keadaan luar biasa yang diberikan Allah Swt kepada orang kafir sebagai ujian sehingga mereka takabur dan lupa diri kpd Tuhan, seperti Firaun dan Karun.
Aku takut kemudahan-kemudahan ini justru membuatku lalai akan agamaku. Semoga saja tidak Ya Alloh.
Keesokan harinya saat aku mulai sibuk kerja di kantor, Mr.Sugi masih sangat perhatian kepadaku. "Bagaimana Rizqi, bisa gak ngerjainnya? Gampang kan?" Ujarnya dengan seny simpul simpatiknya.
Mungkin karena aku orang baru. Beliau sangat memperhatikan dan mengasihani diriku. Ya, setidaknya beliau telah memberiku kesan yang sangat mendalam tentang bagaimana seharusnya atasan bersikap.
Kira-kira dua minggu kemudian, yaitu kemarin, tepat pukul 19.00, Mr.Sugi berpamitan untuk pulang. Aku dan beberapa partner kerjaku belum pulang. Kebetulan aku belum mempunyai ID card sebagai tanda pengenal sekaligus kunci untuk membuka pintu "ajaib". Iya memang ajaib, hanya dengan menempelkan ID Card tiba-tiba saja pintu terbuka otomatis. Teman-teman di kampungku pasti mengiranya ada jin di pintu itu.haha..
Pak Bambang menyarankanku agar pulang bareng dengan Mr.Sugi sehingga aku tidak kesulitan menelepon security untuk membuka pintu.
Kukejar Mr.Sugi,"Pak, pulangya bareng pak." Ujarku singkat.
"Ayo." Jawab Mr.Sugi singkat pula.
Saat di dalam lift, perasaan tidak enak karena telah bercanda berlebihan terus menghantui diriku. Aki benar-benar tidak tahan menyimpan beban perasaan ini. Akhirnya...
"Pak, saya mohon maaf pak. Kemarin bercandanya agak berlebiham sama bapak." Ujarku dengan wajah memerah saking malunya. Ia menatapku sekilas.
"Kenapa harus minta maaf? Santai saja. Sejujurnya saya suka dengan orang seperti Pak Rizqi, tidak segan untuk meminta maaf, saya tahu anda orang yang jujur. Itu saya suka sekali. Perusahaan ini tidak membutuhkan orang yang pinter tapi membutuhkan orang yang jujur yang mau bekerja. Skill itu bisa dipelajari. Tapi, orang jujur..hmhm..itu dari dasar hati."
Aku terdiam agak lama.. Terpesona dengan ucapannya sekaligus merasa badanku terbang ke awang-awang kemudian hinggap di awan putih nan empuk seperti kapas. Amboi... Big boss memujiku, jauh lebih berkesan dibanding pujian wanita secantik apa pun.
Dan hari ini aku mengalami hal-hal indah berikutnya. Seolah masa depan yang indah terhampar luas di depanku. Subhanalloh.
Mr. Risa mengajakku mengobrol saat sedang bekerja. Mengobrol ngalor ngidul tentang banyak hal. Ucapannya yang paling berkesan adalah "Tenang aj,Qi. Nanti saya tempatkan kamu di jabatan yang lebih baik lagi. Kalau sekarang kamu saya tempatin di sana dulu. Nanti kalau sudah ada penggantinya, saya pindahin kamu."
Allohu Akbar. Hatiku bertakbir indah. Mungkin inilah takdirku, my destiny.. Mungkin inilah saatnya aku membuktikan kepada dunia bahwa orang kampung pun bisa sukses dalam karier dan pendidikan. Aku meyakini itu. Tunggu saja. Hanya tinggal waktu saja yang akan membuktikan. Tunggulah aku.
Aku memang sang pemimpi besar. Sedsri kecil aku memimpikan sebuah istana buku di sekelilingku. Aku meyakini hanya dengan memiliki kekayaan besar saja cita-citaku memiliki perpustakaan terbesar sedunia bisa terwujud. Ini bukan mimpi di siang bolong. Kini aku sedang merintisya langkah demi langkah.
Kusisihkan hasil kerjaku dengan sebuah rekening baru atas nama "Istana Buku Ar-Rizqi". Tiap bulan kuisi rekening itu. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Selangkah demi langkah kurintis karierku menuju puncak. Aku yakn itu. Tidak ada yang mustahil dalam hidup ini.
Optimislah! Hidup adalah pilihan. Berdoalah kepada Alloh agar memilihkan pilihan-pilihan terbaik dalam hidup kita. Takbiir!!! Allohu Akbar!!!
Komentar