Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

“Because Alloh”

Senja begitu cepat berlalu. Tak terasa hampir satu jam aku duduk di dalam mesjid Al-Jihad sambil tilawah alquran. Aku sedang menunggu ustadz Robie. Beliau adalah murobbieku. Beliau memintaku agar menemuinya senja ini. Namun, menurut istri beliau Ummu Safinah, ustadz sedang menjemput putrinya terlebih dahulu dan memintaku untuk menunggunya. Aku tahu kenapa ustadz memintaku untuk menemuinya. Dua hari yang lalu ba'da “halaqoh”aku telah memberikan biodata ta'arufku kepada beliau. Dan aku tahu pasti ada kaitannya dengan semua ini. Ah, jika benar semoga Alloh mempermudah jalanku untuk bersegera menuju kebaikan. Aku ingin segera menggenapkan setengah dien ini. Bagi pemuda seperti tiada jalan lain selain menyelamatkan diri dari fitnah masa muda. Sebuah titik klimaks dari perjalanan seorang pemuda. Hmhm.. sebuah senyuman tersimpul indah dari paras tirusku. Terdengar deru suara motor di depan mesjid. Nampak, ustadz dan putrinya sedang turun. Ah, hatiku semakin deg-degan tak karuan....

Memilih Caleg Yang Manusia

Sebentar lagi PEMILU, kawans. Gw sih pastinya memilih caleg-caleg yang baik dan muslim. Bukan caleg-caleg syiah bin sesat, caleg-caleg liberalis dan caleg-caleg kafir. Dan gw melihat caleg-caleg manusia dari PKS masih lebih baik dari caleg-caleg partai lain. Okelah caleg-caleg PKS tidak sesempurna iman dan gak sesholeh kalian. Setidaknya gw percaya hidup mereka untuk dakwah Islam dan maslahat ummat. Bukan mencari kekuasaan dan keuntungan sendiri apalagi membuat aturan-aturan anti Islam. Caleg-caleg manusia dari PKS cuma manusia biasa, kawans. Begitu pula caleg-caleg partai lain. Silahkan lihat dan pilihlah caleg yang lebih baik diantara caleg-caleg manusia itu. Caleg-caleg PKS bukanlah kumpulan para malaikat yang suci. Tapi, caleg-caleg PKS adalah caleg-caleg manusia yang disebut sebagai kader-kader terpilih yang setiap pekannya mengkaji keislaman, merajinkan tilawah Alquran, puasa sunnah dan sholat malam. Dan itu tentu saja jauh lebih baik dari pada caleg partai lain yang melakukan...

Diskusi kusir

Hahaha.. Yg gak nyontreng itu pengen orang2 sesat macam ulil anshor and jalaludin rahmat syiah jadi anggota DPR. Baca lg koment ane diatas. Berbuat sedikit lebih baik dari pada koar2 dijalanan tp aturan anti islam jalan terus. Wkwkkwk.. Hihi Oiy, dan kabar gembiranya, syeikh salafiy berfatwa bolehnya nyontreng caleg yg baik agar caleg syiah n secular, kafir gak naik. Tinggal gema pembebasan aj yg ngeyel. Haha Fakta klo muslim indonesia itu awam tadz. Ustadz irfan jgn melihat semua orang itu sesholeh antum. Klo semuanya sesholeh antum mah tadz pastinya syariat islam itu bukan sekedar teori tp praktek jg.hihi.. Antum jangan mengira masyarakat Indonesia ini "homogen" antum lucu klo gt,. Syiah banyak, secularis liberalis banyak, awam apalagi, kafir apalagi. Ane sih gak segila itu membiarkan mereka menguasai pemerintahan dan membuat UU. Memang muslim2 yg diparlemen n di pemerintahan belum sesempurna iman antum n gak seholeh antum tadz. Tapi itu setidaknya lebih baik drpd mere...

Main Hati

Gw sebenarnya waras atau masih waraslah. Tapi, entah kenapa ketika tertimpa masalah atau sesuatu yang dalam pandangan umum begitu mengecewakan, gw malah tertawa atau menertawakan diri sendiri. Hahaha.. Tiba-tiba saja gw ngikik tertawa sendiri. Sambil terdengar gema suara, "Emang enak, rasain lu." hahaha.. Dan tanpa gw sadari, mulut yang tertawa atau menertawan diri ini tiba-tiba membuat hati gw plong seolah tak punya masalah apapun. Wow.. Perlahan namun pasti gw menemukan sebuah ilmu baru, "Kondisi luar tubuh kita bisa berimplikasi terhadap jiwa kita". Ngerti gak loe maksud gw? Kalo loe gak ngerti, sama gw juga kagak ngerti. Hahaha.. Maksud gw, wajah yang tersenyum walaupun hati sedang sedih, sedikitnya akan memiliki pengaruh terhadap jiwa kita. Memasang wajah yang semangat nan optimis saat jiwa sedang sakit mungkin terkesan mustahil. "Bagaimana bisa tersenyum, orang lagi kena masalah?" Mungkin itu pertanyaan loe y? Hehe.. Faktanya gw terlalu sering me...

Jaulah Ilmu: Sebuah Kritik

( sebuah kesimpulanku saat berdiskusi dengan kalian yang "nyeleneh" ) 1. Kesombongan jiwa itu terkadang hadir tanpa kita sadari. 2. Kesombongan jiwa bisa saja hadir saat kita "merasa" telah mendapatkan ilmu baru yg lebih "sesuai" dengan diri kita. 3. Kesombongan jiwa itu tanpa kita sadari muncul saat jiwa kita "mengklaim" pemahaman baru yg kita dapatkan lebih benar. 4. Kesombongan jiwa itu berefek kepada kesombongan "realitas" dengan mengeluarkan statement2 yang berbeda dari khalayak umum. 5. Statement berbeda ( nyeleneh ) itu diakibatkan: - Kurangnya referensi keilmuan, ia terpaku pada buku pendukung ke"nyelenehan", tanpa mau memandang buku yang menolak "kenyelenahan" - Kurangnya pemahaman agama yg benar. - Kurangnya mawas diri terhadap ilmu-ilmu akibat keawamannya. ia mengira  semua   ilmu itu bebas nilai (value laden) padahal semua ilmu itu adalah produk peradaban-peradaban yang tidak akan terlepas dari wo...

Jiwa Yang Sakit

Sejujurnya hatiku tidak nyaman sekali. Mungkin seperti inilah gambaran sinergi nafsu dan setan. Merayu jiwa lemahku agar kembali bermaksiat kepada Allah. Sungguh sangat terasa keresahan dan ketidaknyamanan dalam jiwaku. Aku harus menyadari kondisi jiwa seperti ini. Rasakan saja dan tertawalah. Hahahaha.. Biarlah toh sudah terjadi. Tak ada yang harus ditangisi. Disesali pun tiada gunanya. Kenapa menangisi kemaksiatan? Kenapa meratapi dosa dan merindukan dosa lagi? Pasti jawabannya hanya satu.. Jiwaku sedang sakit.. Jiwaku rapuh karena terbiasa berbuat dosa. Semua sudah terjadi. Sudahilah memori indah itu toh itu adalah dosa. Masih memikirkan hanya karena nafsu menguasai saja. Seiring berjalannya waktu semuanya akan kembali seperti sedia kala. Sekarang tersenyum dan tertawa sajalah. Hahaha.. Ya Alloh, aku tahu dan sadar jika ini dosa. Aku ingin menjauhinya tapi hatiku seolah terbelenggu. Ya Rohmaan.. Lepaskanlah belenggu jiwa yang sakit ini.. Ya Ghoffaar.., jiwaku sedang sakit. Aku ...

Therapy Writing

Therapy Writing; sebuah keajaiban menulis “Terima kasih kawans atas sarannya. Dengan menulis aku berani menjumpai masa laluku yang penuh luka dan emosi. Sudah terlalu lama aku menyimpan dan memendam semuanya. Banyak hal yang menyakitkan hatiku. Aku lelah. Namun, dengan menuliskannya aku seperti sedang membersihkan sampah-sampah emosiku yang selama ini sengaja kusembunyikan. Memang aku menangis saat menulis tetapi itu hanya sebentar. Sekarang aku merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang luar biasa. Terima kasih, kawans!” Dalam hidup kita akan mengalami berbagai permasalahan. Apapun itu permasalahannya yang terkadang begitu melelahkan jiwa dan menguras energi kita. Semuanya memendam menjadi sebuah endapan penyakit bahkan menjadi bom waktu yang suatu saat akan meledak dan menggelegar. Sebagai orang timur kita terkadang terbiasa dengan kungkungan budaya "diam" dan "nrimo" atau menyembunyikan diri. Padahal sikap "menyembunyikan diri" atau menyimpan dan memend...

Senjakala

"Menulis adalah Menulis, Menulis dan Menulis" Senja pun berlalu tanpa kusadari. Serangkum angin malam menyapa paras tirusku. Mencucuk pori-pori kulitku yang mulai menua. Huh. Kuhembuskan nafas beratku. Sang waktu sepertinya tak lagi memahamiku. Ia terlalu cepat berlari, melesat bak anak panah lepas dari busurnya. "Sayang, aku masih di sini menantimu. Jangan biarkan aku menua bersama Sang Waktu." Jerit batinku dalam diam. Sepertinya kepalaku terlalu keras berpikir. Semoga saja otakku tak meleleh karenanya. Apa yang harus aku lakukan? Semuanya serba salah. Kutaril sedalam-dalamnya nafas. Aku harus tenang. Mungkin inilah resiko berpoligami.

Melukis Cinta

Catatan Hati Seorang Akhie 31 : "Melukis Cinta" Sebetulnya siang tadi saat rehat kantor, aku sudah menuliskan tema ini secara panjang lebar. Entah "setan" apa yang membuatku terlupa untuk menyimpannya. Akhirnya, tulisannya pun lenyap tak berbekas. Kesal, tentu saja. But, kesal pun tiada gunanya, kawans. Toh tak akan pernah kembali lagi. Baiklah.. Ikhlaskeun wae. "Kak, ceritanya yang itu mirip banget dengan kisahku. Bagus banget kak. Aku sangat terinspirasi." Sebuah testimoni terbaca renyah dalam inbox facebookku. Aku pun membalasnya dengan ucapan terima kasih dan tentu saja ucapan ini, "Kak masih belajar nih. Doakan ya semoga kak jadi penulis." Aamiin. Di samping testimoni positif tentu saja ada juga testimoni bernada negatif. "Gitu amat sih ceritanya, gak logis." Aku hanya tertawa terbahak-bahak membaca testimoni negatif. Bukan berarti aku menolak kritikan atau cacian komentar, tidak. Aku menikmati semuanya. Baik pujian dan kritika...

Menyemai Cinta (berbagi cinta)

Senja pun berlalu tanpa kusadari. Serangkum angin malam menyapa paras tirusku. Mencucuk pori-pori kulitku yang mulai menua. Huh. Kuhembuskan nafas beratku. Sang waktu sepertinya tak lagi memahamiku. Ia terlalu cepat berlari, melesat bak anak panah lepas dari busurnya. "Sayang, aku masih di sini menantimu. Jangan biarkan aku menua bersama Sang Waktu." Jerit batinku dalam diam. Sepertinya kepalaku terlalu keras berpikir. Semoga saja otakku tak meleleh karenanya. Apa yang harus aku lakukan? Semuanya serba salah. Kutaril sedalam-dalamnya nafas. Aku harus tenang. Mungkin inilah resiko berpoligami.

Beginilah Hidup Mengajarkan Kami

Beginilah Hidup Mengajarkan Kami "Akhie, lamaran ana ditolak oleh seorang akhwat dari Rangkasbitung."  Ucap seorang Al-akh di seberang telepon suatu senja. Piuh.. Huh.. Kuhembuskan perlahan nafas beratku. Hidup memang misteri. Hidup memang pilihan. Ketika seorang sahabat dekatku beberapa kali gagal menikah. Akun gmailku semarak dengan biodata-biodata akhwat yang masuk. Tentu saja nasib sahabatku itu lebih baik dari pada bersikap pengecut tak mau mencoba. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Kutatap mentari yang sebentar lagi terbenam. Ada banyak hal yang kupikirkan dan kurenungkan dalam perjalanan hidup ini. Termasuk merenungkan kisah sahabatku ini. "Akhie Haidar, mungkin bukan akhwatnya yang menolak tapi keluarganya." Jawabku penuh simpati nan empati. Kali ini aku menerima keluh kesah dari salah seorang sahabatku. "Iya, akhi. Dari informasi ustadz ana, keluarganya yang menolak." Ujarnya lirih. Nada suaranya terasa menyimpan beban di hati. Tentu...