Senja pun berlalu tanpa kusadari. Serangkum angin malam menyapa paras tirusku. Mencucuk pori-pori kulitku yang mulai menua. Huh. Kuhembuskan nafas beratku. Sang waktu sepertinya tak lagi memahamiku. Ia terlalu cepat berlari, melesat bak anak panah lepas dari busurnya. "Sayang, aku masih di sini menantimu. Jangan biarkan aku menua bersama Sang Waktu." Jerit batinku dalam diam.
Sepertinya kepalaku terlalu keras berpikir. Semoga saja otakku tak meleleh karenanya. Apa yang harus aku lakukan? Semuanya serba salah. Kutaril sedalam-dalamnya nafas. Aku harus tenang. Mungkin inilah resiko berpoligami.
Komentar