Alloh yang mempertemukan kami. Antara aku Rizqi dan temanku Rizki. Lho? Iya, nama kami sama. Hanya berbeda Q dan K. Allah mempertemukan kami dalam keberkahan karena kami bertemu dalam acara kajian Islam di Mesjid Baitul Ihsan.
Pertemuan itu mengakrabkan kami dan menjadi sebuah jalinan persahabatan yang erat. Apalagi hobi kami sama yaitu membaca buku dan kajian di mesjid-mesjid.
Suatu malam saat kajian di Mesjid BI, ia nampak sumringah. Wajahnya tak lepas dari senyuman.
"Antum sepertinya sedang bahagia Ya Akhi?" Tanyaku dengan antusias.
"Hehe.. Bahagia sih tidak juga. Tapi, hari ini ana ditolak akhwat. Hahaha.. " Ia menjawab sambil tertawa terbahak-bahak.
"Antum ini aneh, ditolak kok tertawa? Emang ditolak seperti apa?" Tanyaku kembali.
"Hehe.. Yaaa lucu aja buat ana. Maksudnya, akhwatnya tidak berkenan dengan ajakan ana untuk ta'aruf. Hihihi..." Sepertinya sahabatku ini sedang sinting. Ditolak ta'arufnya malah hahahihi...
"Ooooh gitu. Tapi, pertanyaan ana, kenapa antum malah ngikik mulu dari tadi? Harusnya kan antum kecewa atau kesal ada akhwat menolak jodoh. Jangan-jangan antum stres gara-gara ditolak ta'arufnya? "
"Enak aja stres. Ya buat ana lucu aja. Ya tidak begitu juga akhi. Ana tidak merasa kecewa, tidak merasa kesal ataupun marah. Itu memang hak dia. Lagian kan ini hanya penolakan ta'aruf bukan penolakan pinangan atau lamaran. Trus juga akhwat bagus masih banyak. Hihihi.." Jawabnya dengan wajah riang.
"Oooooh gitu.. Ternyata antum pintar juga ya bermain logikanya."
"Oh iya akh, kemarin ana kopdar sama anak-anak ITJ. Wuiiiih, nilai 9 semua akhwat-akhwatnya. Hihi... Bilang Bang Gatse aaaah... Antum mau ikutan gak akh?" Tanyanya kepadaku.
"Hehe... Gampang akhwat mah. Nanti juga kalau sudah siap mah ana cari sendiri." Jawabku singkat.
"Wuih, antum mau nyari sendiri akh? Ngeri sekali antum. Bahaya akhi, mending lewat murobbie. Kecuali antum sudah mengenal akhwatnya."
"Ooooh gt ya.. Okelah kalau begitu. Syukron..
To be continued..
Komentar