Langsung ke konten utama

No Women No Cry

Alloh yang mempertemukan kami. Antara aku Rizqi dan temanku Rizki. Lho? Iya, nama kami sama. Hanya berbeda Q dan K. Allah mempertemukan kami dalam keberkahan karena kami bertemu dalam acara kajian Islam di Mesjid Baitul Ihsan.

Pertemuan itu mengakrabkan kami dan menjadi sebuah jalinan persahabatan yang erat. Apalagi hobi kami sama yaitu membaca buku dan kajian di mesjid-mesjid.

Suatu malam saat kajian di Mesjid BI, ia nampak sumringah. Wajahnya tak lepas dari senyuman.

"Antum sepertinya sedang bahagia Ya Akhi?" Tanyaku dengan antusias.

"Hehe.. Bahagia sih tidak juga. Tapi, hari ini ana ditolak akhwat. Hahaha.. " Ia menjawab sambil tertawa terbahak-bahak.

"Antum ini aneh, ditolak kok tertawa? Emang ditolak seperti apa?" Tanyaku kembali.

"Hehe.. Yaaa lucu aja buat ana. Maksudnya, akhwatnya tidak berkenan dengan ajakan ana untuk ta'aruf. Hihihi..." Sepertinya sahabatku ini sedang sinting. Ditolak ta'arufnya malah hahahihi...

"Ooooh gitu. Tapi, pertanyaan ana, kenapa antum malah ngikik mulu dari tadi? Harusnya kan antum kecewa atau kesal ada akhwat menolak jodoh. Jangan-jangan antum stres gara-gara ditolak ta'arufnya? "

"Enak aja stres. Ya buat ana lucu aja. Ya tidak begitu juga akhi. Ana tidak merasa kecewa, tidak merasa kesal ataupun marah. Itu memang hak dia. Lagian kan ini hanya penolakan ta'aruf bukan penolakan pinangan atau lamaran. Trus juga akhwat bagus masih banyak. Hihihi.." Jawabnya dengan wajah riang.

"Oooooh gitu.. Ternyata antum pintar juga ya bermain logikanya."

"Oh iya akh, kemarin ana kopdar sama anak-anak ITJ. Wuiiiih, nilai 9 semua akhwat-akhwatnya. Hihi... Bilang Bang Gatse aaaah... Antum mau ikutan gak akh?" Tanyanya kepadaku.

"Hehe... Gampang akhwat mah. Nanti juga kalau sudah siap mah ana cari sendiri." Jawabku singkat.

"Wuih, antum mau nyari sendiri akh? Ngeri sekali antum. Bahaya akhi, mending lewat murobbie. Kecuali antum sudah mengenal akhwatnya."

"Ooooh gt ya.. Okelah kalau begitu. Syukron..

To be continued..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.