Saat usia pernikahanku menginjak dua tahun. Ia tanpa kuduga menelepon rumahku dan berbicara pada mama-ku tentang rencana melamarku yang tertunda selama dua tahun.
Mama-ku kaget, ia pun memintanya agar menghubungiku saja.
Dan tadi, baru saja. Ia meneleponku. Lalu mengatakan kesiapannya untuk melamarku. Ah, ingin rasanya aku teriak, "Kemana saja dirimu selama dua tahun aku menunggu?" Ternyata ia tak pernah tahu jika aku telah menikah. Kisah yang tak pernah usai.
"Aku sekarang telah menikah dan telah menjadi ibu bagi putriku tercinta. Maafkan aku... Aku terlalu lelah menunggu sebuah kepastian darimu. Maafkan aku..."
Kukatakan kalimat di atas selembut-lembutnya yang diiringi sejuta rasa hatiku. Terlintas kenangan nan indah bersamanya. Ah, jika mengingat kenangan ingin rasanya kembali seperti dulu dan merajut kasih bersamanya lagi.
Tidak! Duhai sang waktu, semua telah berlalu tak mungkin aku kembali ke masa lalu. Duhai jiwaku,tutuplah cerita lama dan bukalah lembaran baru kehidupanku. Biarlah kenangan ini menjadi kenangan hingga azal menjemput. Biarlah...
Mama-ku kaget, ia pun memintanya agar menghubungiku saja.
Dan tadi, baru saja. Ia meneleponku. Lalu mengatakan kesiapannya untuk melamarku. Ah, ingin rasanya aku teriak, "Kemana saja dirimu selama dua tahun aku menunggu?" Ternyata ia tak pernah tahu jika aku telah menikah. Kisah yang tak pernah usai.
"Aku sekarang telah menikah dan telah menjadi ibu bagi putriku tercinta. Maafkan aku... Aku terlalu lelah menunggu sebuah kepastian darimu. Maafkan aku..."
Kukatakan kalimat di atas selembut-lembutnya yang diiringi sejuta rasa hatiku. Terlintas kenangan nan indah bersamanya. Ah, jika mengingat kenangan ingin rasanya kembali seperti dulu dan merajut kasih bersamanya lagi.
Tidak! Duhai sang waktu, semua telah berlalu tak mungkin aku kembali ke masa lalu. Duhai jiwaku,tutuplah cerita lama dan bukalah lembaran baru kehidupanku. Biarlah kenangan ini menjadi kenangan hingga azal menjemput. Biarlah...
( to be continued... )

Komentar