Langsung ke konten utama

Lara Hati

Segurat luka nan perih masih menyisakan tanya dalam hatiku. Tak kuasa aku menyembuhkan luka hati secepat kilat. Sebuah pertanyaan yang masih saja berteriak dalam diamku selama ini. "Mengapa ia menolak pinanganku? Mengapa?"

Dalam kamusku, jika ada seorang laki-laki yang baik datang meminang seorang akhwat wajib baginya untuk menerimanya. Dan aku pikir, aku laki-laki yang baik. Mungkin. Semoga saja.

Ya, tentu saja aku seorang laki-laki yang baik. Aku seorang lulusan pesantren dan sarjana sekolah tinggi agama Islam. Tentulah aku orang baik. Aku pun hapal hampir sepuluh juz alQuran. Dan aku merasa, aku tak pantas untuk ditolak.

Astaghfirulloh al-Adzhim.. Kuusap paras muramku. Aku beristighfar berkali-kali. Tak kusangka sampai keluar suara ujub nan takabbur. Siapalah diriku? Tak lebih dari tanah hina yang bernyawa.

Kubuka jendela kayu berukir mawar. Derit suaranya yang menjerit bak deskripsi tangisan hatiku. Sekali pun aku tak pernah ditolak wanita ataupun akhwat. Karena memang tak pernah sekali pun hatiku berbisik cinta. Baru kali ini. Dan sekali jatuh cinta, penolakan yang kuterima.

Bintang gemintang terangi angkasa raya selimuti jiwa-jiwa manusia bumi. Aku menatap langit penuh antusias. Kutarik nafas sedalam-dalamnya. Ah, sebuah bintang nan indah terlihat berkedip. Ia berkedip padaku. Indah nian. Dan bintang lain pun nampak berkedip pula, bersorak mengikuti kedipan bintang pertama.

Hmhm.. Kuhembuskan nafas resahku. Sebuah pertanyaan menyeruak merasuki pikiranku. " Bagaimana mungkin aku bisa kalah seperti ini? Bermuram durja seolah lelaki termalang sedunia? Tak pantas kegagahan laki-laki runtuh hanya karena kegalauan cinta?

Keheningan memagut jiwa mudaku. Aku mencoba menganalisa semua yang terjadi dengan diriku. Penolakan pinangan pasti ada alasaanya. Aku ingin membedahnya secara logis dan ilmiah. Semoga saja hati dan pikiranku bisa menerima kenyataan pahit ini.

Kembali kutatap gugusan bintang nan cemerlang. Kejantananku sebagai laki-laki diuji dengan persoalan ini. Mungkin aku terlalu egois sehingga jiwaku tak bisa menerima penolakan ini. Sifat yang salah tentunya. Tapi, sekali lagi, aku membutuhkan jawaban logis untuk membuat hatiku legowo.

(to be continued..)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.