Langsung ke konten utama

TAKDIR CINTA 2

"Takdir Cinta"

Aku hanya mengikuti alur hidup saja. Menjemput takdir Allah yang lain. Memang aku sendiri berharap dimengerti dan dipahami. Namun, aku tidak memaksa untuk dimengerti dan dipahami kok.

Aku tahu saat hari itu tiba akan ada hati-hati yang terluka. Akan ada mata-mata yang menangis pilu. Termasuk diriku. Ya, aku pun akan menangis karena aku tak mampu mengabulkan harapan-harapan. Aku sadar mungkin inilah resiko sebuah pilihan hidup.

Jelang hari H pernikahanku. Aku tak kuasa menahan lelehan air mataku. Muncul rasa malu yang dalam. Malu kepada Allah. Allah selalu menolongku. Apa yang aku inginkan selalu Allah berikan jalan.

Namun, dibalik tangisanku, aku pun bersedih dengan rasa empati yang dalam. Maafkan aku yang tak mampu membalas segala harapan. Karena aku hanyalah laki-laki biasa yang terkadang tak mampu berlari kencang.

Ketika aku bertemu dengannya di sebuah mesjid. Hatiku langsung berbisik lirih, "Cantik." Hatiku mengakuinya. Namun, aku tahu, aku dan dia hanyalah bidak-bidak kehidupan yang mencoba mengikuti alur takdir. Terlalu sederhana jika tujuan pernikahan hanya karena keelokan rupa.

Tidak. Bukan sebab kecantikannya kok. Lebih dari itu. Dia terlihat sangat cerdas, senyum yang tak pernah lepas dari wajah pualamnya, sampai-sampai aku tak sanggup untuk menatapnya.

Pertemuannya memang singkat. Tetapi, maknanya dalam sekali bagi kami. Imajinasiku melayang tinggi. Ya Alloh, diakah takdir cintaku?

Ketika kami sama-sama mengatakan "Lanjut", entah rasa apa ini namanya? Aku merasa telah menjadi seorang laki-laki sejati. Dan memang sepertinya inilah jalan menunjukkan identitas kelelakian.

Aku tak mampu bertutur

1. Lika liku or memperjuangkan cinta. Tidak disetujui ortu ikhwan.

2. Pas ke rumah akhwat menanyakan kesiapannya. Lurak2 dll, akhwatnya ditemani ponakan

3. Akhwatnya kecelakaan dan meninggal

Keadaan hatinya.. Terpuruk lalu menerima takdir Allah2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.