Pernah sebelumnya aku merasakan pagutan cinta yang begitu dalam. Dulu, saat awal kuliah. Namun kali ini, pagutan cinta itu menghujam hatiku lebih dalam, mengambil alih segala rasa dan hasrat jiwaku. Dulu, bara cintaku padam saat dia memilih yang lain. Aku pun terluka, kalah telak dalam pusaran asmara. Sekali lagi, itu dulu, dulu sekali. Kini, dalam episode yang berbeda. Seseorang yang terindah selalu menantiku setiap kali aku pulang dari kerja. Kamu. Ya, kamu. Senyum indah terhias di wajah cantikmu dalam balutan jilbab ungu, sambil menjawab salam dan mencium tanganku. Lalu kukecup keningmu dengan penuh cinta. Indah nian. "Ayah, izinkan Bunda melepaskan sepatu dan kaus kaki Ayah." Itulah kata-kata yang selalu kamu ucapkan setiap kali aku pulang. Hatiku terharu. "Ya Allah, syukurku pada-Mu atas segala karunia nikmat-Mu padaku. Engkau karuniakan dalam hidupku yang ringkih ini, seorang bidadari terindah, terhebat dalam perjalanan cinta manusia. Permata yang tiada ternilai ...