Entah engkau dimana, Kawan. Aku merindukanmu. Sungguh. Walaupun aku tahu cintaku bertepuk sebelah tangan, cukuplah bagiku bisa melihat kebahagian terpancar dari paras pualammu. Aku ingin melihat dirirmu bersanding dengan lelaki pilihan terbaikmu.
Aku ikhlas, malah bahagia. Cukuplah seukir senyuman terindahmu atas kedatanganku. Tak apa… Aku tak akan pernah berhenti mencintaimu… Tak apa.. Dan.. aku tak akan menikah sebelum melihatmu menikah.. Titik.
Aku memang tidak pernah mengatakan sekata dua kata tentang pendaman sejuta rasa cintaku padamu. Aku pikir, cukuplah laku-ku yang berbicara. Aku memang terlalu takut tuk mengatakannya. Aku akui itu. Aku akui juga ketololanku. Sesallah yang kurasakan sekarang. Andai hadir keberanian, setitik saja. Mungkin kisah perjalanan cinta kita akan lain. Engkau pun tidak akan pergi dariku. Tapi, kini… Aku tak tahu engkau dimana.
Terbayang jernihnya berlian matamu. Aku tahu. Aku tahu didalamnya terpancar rasa cintamupadaku. Aku yakin itu. Tapi… Entahlah.. Aku membenciku karenanya..
Kawan, tahukah engkau. Saat seorang teman kuliah mengabarkan, jika engkau telah menjadi seorang dosen sebuah kampus di Medan. Aku pun terbang ke Medan. Ternyata. Tiada namamu di sana. Tiada dirimu di sana. Tidak. Aku tidak akan pernah menyerah tuk bisa bertemu denganmu . Tidak akan. Memang sempat terlintas untuk menyerah. Tapi.., bara rinduku padamu terlalu besar dan telah membakar jiwaku.
Aku memang tidak pernah mengatakan sekata dua kata tentang pendaman sejuta rasa cintaku padamu. Aku pikir, cukuplah laku-ku yang berbicara. Aku memang terlalu takut tuk mengatakannya. Aku akui itu. Aku akui juga ketololanku. Sesallah yang kurasakan sekarang. Andai hadir keberanian, setitik saja. Mungkin kisah perjalanan cinta kita akan lain. Engkau pun tidak akan pergi dariku. Tapi, kini… Aku tak tahu engkau dimana.
Terbayang jernihnya berlian matamu. Aku tahu. Aku tahu didalamnya terpancar rasa cintamupadaku. Aku yakin itu. Tapi… Entahlah.. Aku membenciku karenanya..
Kawan, tahukah engkau. Saat seorang teman kuliah mengabarkan, jika engkau telah menjadi seorang dosen sebuah kampus di Medan. Aku pun terbang ke Medan. Ternyata. Tiada namamu di sana. Tiada dirimu di sana. Tidak. Aku tidak akan pernah menyerah tuk bisa bertemu denganmu . Tidak akan. Memang sempat terlintas untuk menyerah. Tapi.., bara rinduku padamu terlalu besar dan telah membakar jiwaku.
(to be continued....)
Komentar