Langsung ke konten utama

Romansa Bunga Sakura

Hari ini kutuliskan sedalam-dalamnya dalam jiwaku, kenangan terindah dalam sejarah perjalanan cinta anak manusia. Aku bertemu Keiko kembali, setelah tujuh belas tahun berpisah. Seorang gadis peranakan Jepang.

Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Bulan Juni tahun 1995, saat itu aku masih kelas lima sekolah dasar yang ingin tahu Pekan Raya Jakarta. Tujuh belas tahun yang lalu aku mengenalnya di sebuah hotel di Jakarta. Kami terjebak dalam lift hotel bersama, nangis dan ngompol bersama.. Nanti aku ceritakan pada kalian. I'm stiill working....

Suatu siang at Juni 1995

Keiko, begitulah aku memanggilnya. Seorang gadis kecil berdiri di sampingku. Aku sedang asyik masyhuk bermain play stasion di lantai dasar hotel.

"Mau main?" Aku bertanya. Ia mengangguk.

"Bisa mainnya?" Kembali aku bertanya. Dan ia hanya menggeleng.

Seorang laki-laki dewasa nan gagah tersenyum padaku. "De, ajarin Keiko y."

"Iya, Pak" jawabku singkat. Semenjak itu hampir seminggu, Keiko menjadi teman bermainku. Hampir setiap hari mengetuk kamarku mengajakku bermain. Aku sendiri tentu saja senang bermain, tapi kakakku melarangku. Kasian sekali melihat Keiko, sambil menundukkan wajahnya ia pun pergi bermain sendiri.

Hingga suatu hari, saat aku mengetuk pintu kamarnya. Aku ingin mengajaknya bermain. Seorang pelayan hotel memberitahuku jika keiko dan ayahnya telah pergi. Ada kesedihan yang mendalam di hatiku. Tanpa ada kata pamit persahabatan itu berakhir pahit.

Perkenalan yang sangat singkat, tapi bagiku perkenalan itu sangat special. Tahun 1995 adalah tahun populernya film "The Return of the condor.." Si Yoko Andy Lau dan chen Ie Lien. Dan aku agak terobsesi (udik) dengan segala macam thionghoa.

Berkali-kali aku bertanya pada Keiko apakah iia mengenal Andy Lau "yoko" dan Chen Ie Luen "Bibi Lung", ia sendiri hanya diam. Entah mengerti atau tidak dengan pertanyaanku.

Siang yang terik Perpustakaan Nasional, Juni 2012

"I'm sory, sir. Can u help me?" Seorang gadis oriental nan jelita menyapaku. Ia bertanya dengan senyuman termanis yang pernah kulihat.

"Ya, what can I do for u?" Kutarik wajahku begitu dalam agar terlihat senyumanku pun tak kalah manis. Semoga.

Lalu ia bertanya dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Namun aku mengerti maksudnya. "Me-ni-na-bo-bo-kan. Can u tell me, apa ertinya?"

Aku tersenyum. Aku pun menjawab dengan bahas Inggris terbata-bata pula. "Emmm.. Maybe, make sleep..make to sleep someone.. Usually a baby..hehe.." Aku tertawa. "II'm sorry, my english's not fluent."

Ia tersenyum. "Thank u, sir. Saya barue satyu tahun di Indonesia." Ia kembali tersenyum. "Harap dimaklum.." Gadis yang sangat menyenangkan. Sangat sopan dan rendah hati sekali tampaknya.

"Oh.. Tidak apa-apa. Saya pikir bahasa Indonesia Anda sudah bagus. Hanya pelapalannya saja perlu dibiasakan." Aku tersenyum riang. Tidak sia-sia saat terik siang "mampir" dulu di Perpustakaan Nasional. Bertemu salah seorang bidadari bumi.

"Kenalkan nama saya Keiko. Saya dari Jepangng." Ia mengulurkan tangannya padaku. Keiko?????? Agak tergagap saat mendengar namanya. Benarkah gadis ini Keiko? "Hey.. Keiko? Aaaa. Are u serious?" Gugup nian hatiku. "Keiko Himura?"

"Yea, how.. Bagaimana Anda tahu nama saya? Pernahkah kita bertemu sebelumnya?" Wajah pualamnya nampak serius, memandang wajahku dengan antusias. Mungkin mencoba mengingat-ingat dimana bertemu aku sebelumnya. Aku mencoba menenangkan hatiku. Bisa jadi ia bukan Keiko sahabat kecilku.

"I'm Rizqi. Sorry, aku sangat kaget mendengar nama Keiko. Dulu, aku punya sahabat kecil, namanya Keiko." Ujarku diplomatis. Keiko terlihat terkejut. Kini ia yang kaget.

"It's me. Rizqi. I'm Keiko. Saya selalu mencari kamu." Spontan ia memegang tanganku. Aku pun demikian. Surprise.. Kejutan terindah selama hidupku. Aku segera melepaskan tanganku. Terbuai nostalgia.

"Benarkah kamu selalu mencariku, Keiko?" Keiko nampak tersipu malu. Ia menundukan pandangannya.

"Aku tinggal di hotel dimana kita pernah bertemu." Terharu nian hatiku mendengarnya. Gadis yang tersiksa dengan kenangan. Seperti halnya diriku.


___***___


"Keiko, masih ingatkah dulu sewaktu kita terjebak di dalam lift? Kita menangis bersama dan kamu mengompol sampai bajuku ikut basah." Kataku sambil tertawa. Keiko pun ikut tertawa.

"Usiaku baru delapan tahun waktu itu. Pengalaman yang sangat menakutkan bagiku. Salah kamu Rizqi mengajakku bermain di lift." Jawabnya sambil tersenyum manja padaku.

Aku tersenyum mengenang masa kecilku tujuh belas tahun yg lalu. Hmhm.. Kenangan yang semakin indah karena bertemu Keiko kembali yang telah menjadi Bidadari bumi terjelita yang pernah kulihat.

Keiko sangat terlihat dewasa. Dengan gaun sederhana namun modis dan sopan. Ia terlihat sangat anggun sekali. Jauh dari kesan korban mode gadis jaman sekarang. Lihat saja gadis-gadis negeri kita. Korban k-pop. Pakaian serba seronok dan kurang sopan.

(To be continued..)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

13 Kasus Korupsi yang Belum Terselesaikan Versi ICW

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tantangan yang tidak mudah dalam pemberantasan korupsi. Nah, di bawah kepemimpinan pimpinan baru KPK nantinya, setidaknya ada 13 kasus korupsi yang harus dibereskan. Berikut ini 13 kasus korupsi yang belum terselesaikan versi Indonesia Corruption Watch: 1. Kasus korupsi bailout Bank Century 2. Suap cek pelawat pemilihan Deputi Senior BI 3. Kasus Nazaruddin sepeti wisma atlet dan hambalang 4. Kasus mafia pajak yang berkaitan dengan Gayus Tambunan dan jejaring mafia yang lain 5. Rekening gendut jenderal Polri 6. Suap program Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di Kemenakertrans 7. Korupsi hibah kereta api di Kemenhub 8. Korupsi pengadan solar home system (SHS) di Kementerian ESDM 9. Korupsi sektor kehutanan khususnya di Pelalawan Riau 10. Kasus mafia anggaran berdasar laporan Wa Ode Nurhayati 11. Kasus korupsi sektor migas dan tambang yang melibatkan Freeport Newmont...

Memendam Rasa

Bertahun-tahun aku hidup dalam pendaman rasa yang membuat hatiku resah tak terperikan. Ketakutan jiwa kuanggap hanyalah halusinasi belaka. Akhirnya, kuobati dengan pikiran-pikiran positif bahwa akulah yang seharusnya introspeksi diri. Namun, akhirnya apa yang kupendam selama ini ternyata adalah kenyataan, bukan sekadar ilusi. Terkadang aku merasa kasihan kepada diriku sendiri. Aku telah tertipu bertahun-tahun oleh seseorang yang aku pikir bisa dipercayai. Mungkin inilah takdirku. Takdir yang harus aku terima sepahit apa pun. Walaupun aku masih geleng-geleng kepala, kok bisa berbuat seperti itu sambil terkesan. Lalu, datang kepadaku tanpa merasa bersalah. Senyum dan tertawa bersama keluarga kecilku. Tak pernah ada yang mengira penipuannya telah berlangsung ribuan hari. Bukan sehari dua hari, tetapi ribuan hari. Ckckckck... Tertidur ribuan hari sepertinya tak mungkin. Terlena dalam keadaan sadar, sepertinya seperti itu. Takdirku... Hari-hari berlalu dengan perasaan yang campur aduk. Aku ...

Alone

Aku memutuskan untuk pergi berlayar. Kukembangkan perahu layarku. Dan kubiarkan angin pagi lautan menerpanya. Amboi. Indah nian. Tak pernah aku menikmati kesendirianku selama ini. Kehidupan kota terlalu kejam menyiksa batinku dengan segala gemerlapnya. Kini di pagi yang cerah ini aku berlayar di tengah lautan bebas menikmati sisa-sisa hidup yang mungkin tak lama lagi kunikmati. Inilah kebebasanku. Mencumbu alam, menikmati alam.